SELAMAT DATANG SOBAT !!!! Terimakasih telah berkunjung ke ABADIORKES

1.01.2017

Soni Soemarsono dan Sastra Pemikat Cewek

Meski dikenal tegas dan worker holic, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Soni Soemarsono ternyata lihai menulis cerpen. Sejak Mahasiswa, cerpen Soni rutin terbit di harian daerah. Soni pun mendapat honor. “Tidak banyak, tapi cukup untuk tambal sulam biaya kuliah,” katanya di ruang kerjanya.

Selain untuk mencari penghasilan tambahan, Alumni Universitas Gajah Mada rupanya menulis cerpen untuk menggaet adik tingkatnya ketika kuliah di Yogyakarta. Hasilnya, cukup ampuh. Soni berhasil menyabet perempuan dambaan keturunan ningrat, Amangkurat ke-10, Raden Ajeng Tri Rahayu, menjadi pendamping hidupnya.



“Gw dapat pacar, istri saya, karena cerpen. Judulnya “Senja di Padang Kusuma”. Saya deklarasikan di dekat parang kritis jogja,” ujarnya. 

Pria kelahiran Tulungagung, Jawa Timur, 22 Februari 1959 juga mengungkapkan trik meredakan amarah perempuan dengan cerpen. “Biasanya kalau dia (istri Soni) marah, ambil tulisan, nulis cerpen berikutnya, badai bulan desember," katanya sambil tertawa.

Berikut obrolan santai saya dengan Soni:

Sejak kapan menulis Cerpen?
Ceritanya, waktu kuliah usaha orang tua sedang pailit. Mau nggak mau saya harus survive. Kalau nggak, nggak bisa kuliah. Kebetulan saya hobi nulis. Hingga saya hidup dan kuliah dari kerjaan saya menulis. Selain opini saya juga menulis cerpen di media kampus, Koran swadesi, Simponi, Koran Kedaulatan Rakyat. Kalau tulisan kolom, seminggu tiga tulisan. Toh, meskipun begitu, tetap jadi lulusan tercepat di Gajah Mada (UGM). Nggak sampai 4 tahun. Dengan IPK 3,3.

Bagaimana Anda menaklukkan perempuan yang jadi istri Anda sekarang hanya dengan Cerpen?
Gw dapat pacar, istri saya, karena cerpen. Judulnya “Senja di Padang Kusuma”. Saya deklarasikan di dekat Parang Kritis Jogja. Di cerpen itu ceritanya bukan laki-laki yang ngejar, tapi perempuan yang ngejar. Terus dia marah, mau nuntut sengketa hukum segala karena dari keraton mungkin dia.(hehehe). Katanya, masa perempuan yang ngejar laki-laki. Kan nggak begini kenyataannya. Soalnya saya pakai nama asli dia, nggak samara. Saya bilang, yah silahkan saja. Masa kasus cinta diproses hukum. Tapi karena ngeyel terus, nggak jadi diproses hukum dan saling mencintai. Jadilah istri saya. Ternyata cerpen bisa menuntaskan masalah cinta.

Jadi itu yang membuat Anda menjadi semangat menulis Cerpen?
Mahasiswa itu kan kere yah. Mau ngasih hadiah, hadiah apa. Terpaksa kalau mau kasih hadiah yah cerpen. Waktu dia ulang tahun aja. Penulis nggak punya duit, hanya otak saja. Saya kasih cerpen berikutnya, judulnya “Kembang Kenangan”. Tapi dari cerita itulah sentuhan cinta mulai membara. Sampai ke tahap menjadi pasangan.

Anda juga pernah menggunakan menulis dengan nama samaran perempuan? 
Iya namanya, Widya sari, nama samaran perempuan. Supaya bisa nulis dan dapat honor sekitar Rp.2.300. bisa terbit tiga kali seminggu. Cuma, kalau untuk tulisan yang perempuan saya buat halus. Ini kisah saja.

Sebagai aktivitis GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), apa hobi menggandrungi seni sastra karena Anda mengidolakan Soekarno? 
Mirip soekarno, persis. Tapi kalau saya isterinya cuma satu saja. (hahaha). Dan satu yang saya percayai, jodoh itu sudah di atur yang di atas.

Sampai sekarang masih nulis cerpen?
Sekali-sekali lah, tapi nggak dipublis. Fokus kerja. Kerja saya memang kalau masih ada yang belum rampung, sabtu minggu yah kerja. Kalau jam 8 malam masih numpuk, jam 11 malam lanjut terus. Jam 11 (malam) masih numpuk, lanjut terus sampai jam 1 (pagi) baru pulang.

Hendry Roris

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.