SELAMAT DATANG SOBAT !!!! Terimakasih telah berkunjung ke ABADIORKES

7.09.2016

Persekongkolan Demi Harga Murah (Edisi 3): Kasus Tender PLTU Jawa-7

Cacat Prosedur PLN II: 
Setiap kolom harga di proposal China Shenhua Energy Company Limited ditulis tangan dan nilai PJB equity IRR tidak valid. 


Sebelumnya, saya sudah menulis artikel tentang cacat prosedur I proses tender PLTU Jawa-7 2x1000 MW Serang-Banten, dimana China Shenhua Energy Company Limited tidak melampirkan harga EPC. Tetapi, perusahaan ini tetap memenangkan proyek Rp. 30 Triliun PT PLN tersebut.

Sebelumnya lagi, saya sudah menjabarkan tentang gambaran para peserta tender dan "kue" yang direbutkan di proyek PLTU Jawa-7. Mulai dari perbandingan Harga Perkiraan Sementara (HPS) yang ditetapkan PT PLN, sampai pada harga beli dari pihak Shenhua. (disini ulasannya)

Cacat tender Jawa-7 selanjutnya adalah pada proposal sampul 2 (envelope 2). Kolom-kolom yang bersifat substansi pada proposal harga telah ditulis tangan. Adapun kolom-kolom tersebut adalah kolom Komponen A (nilai CCR), Komponen B (nilai FOMR), Komponen D (nilai VOMR) dan terakhir nilai PJB equity IRR.

Komponen A yaitu CCR (capital cost recovery), merupakan penawaran harga pemulihan dari investor kepada PLN. Komponen inilah yang nantinya menjadi acuan untuk menentukan murah tidaknya harga penjualan lsitrik kepada PLN.

Pada dokumen price proposal, Shenhua memberi penawaran harga sebagai berikut:

Tahun 1 – 5: 180,75 USD/Kw/tahun
Tahun 6 – 13: 126,52 USD/Kw/tahun
Tahun 14 – 25: 108,45 USD/Kw/tahun

Gambar proposal harga Shenhua pada komponen CCR telah ditulis tangan. Sedangkan peserta lainnya, diketikkomputer. (NB: Konsorsium Lestari mewakili peserta lain: proposal harga ketik komputer)

Komponen A adalah pembayaran atas kapasitas secara
langsung untuk menutupi biaya modal yang dikeluarkan selama pengembangan termasuk didalamnya adalah biaya modal dan biaya yang dikeluarkan selama masa konstruksi.

Untuk dapat menutup biaya modal ini digunakan Capital Cost Recovery Charge Rate (CCR). CCR adalah biaya tahunan, tetapi dibayar secara bulanan dengan perkiraan 1/12 dari nilai satu tahun. CCR merupakan hal yang paling penting untuk memperoleh kapasitas yang dapat diandalkan.

Komponen A dihitung dengan dasar bulan per bulan dengan menggunakan CCR yang disepakati antara unit bisnis PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) dan unit bisnis yang akan mengelolah proyek ini nantinya.

Komponen B adalah biaya FOMR (Fixed Operation and Maintance Rate), merupakan biaya regular yang bersifat tetap. Misalnya, biaya gaji pegawai, tunjangan, admnistrasi, biaya bunga pinjaman sedangkan komponen D adalah biaya VOMR (Variable Operation and Maintance Rate), merupakan yang bersifat variable seperti, biaya bahan bakar, biaya technical support, spare part dan material. Nilai FOMR dan VOMR digunakan untuk menutupi biaya operasi dan pemeliharaan yang dikeluarkan.

Gambar proposal harga Shenhua pada komponen CCR telah ditulis tangan. Sedangkan peserta lainnya, diketikkomputer. (NB: Konsorsium Lestari mewakili peserta lain: proposal harga ketik komputer)
Gambar proposal harga Shenhua pada komponen VOMR telah ditulis tangan. Sedangkan peserta lainnya, diketikkomputer. (NB: Konsorsium Lestari mewakili peserta lain: proposal harga ketik komputer)

Dalam proyek PLTU Jawa-7, PLN mensyaratkan bahwa share IPP terdiri dari 70% swasta (Shenhua) dan 30% PT Pembangkit Jawa-Bali (PJB) dengan PJB Equity IRR di atas 12%. Sementara, PLN menerima penawaran Shenhua, yang menetapkan equity IRR (Internal Rate of Return) PJB sebesar 13,50%.

IRR menjadi indikator tingkat efisiensi dari suatu investasi. Suatu proyek dapat dilakukan apabila laju pengembaliannya (rate of return) lebih besar daripada laju pengembalian apabila melakukan investasi di tempat lain, seperti bunga deposito bank atau reksadana.

Perhitungan IRR PJB berdasarkan asumsi price proposal, asumsi teknikal dan asumsi finansial Shenhua yang ada di Request for Proposal (RFP). IRR sangat penting karena sebagai pertimbangan dasar keputusan berinvestasi atau tidak.

Setiap peserta tender mengajukan penawaran PJB IRR yang berbeda-beda. Berdasarkan perhitungan, real PJB equity IRR Shenhua seharusnya berada pada angka 9,8% jika disesuaikan dengan harga komponen-komponen di atas.

Berikut nilai PJB equity IRR seluruh peserta tender jawa-7 PLN:
1.China Shenhua Energy Company Limited = 13,5%
2. Konsorsium Shenergy Company Limited = 15,72%
3. Konsorsium Lestari Energi Pte. Ltd. & SDIC Power Holdings C0. Ltd. = 14,34%
4. China Huadian Corporation = 12%
5. Konsorsium Huaneng Power International-China National Technical Import & Export Corporation-Wijaya Karya = 13%
6. Konsorsium Ratchaburi-Banpu Power Public-Indo Tambangraya Megah = 12,5%

Perbandingan nilai PJB IRR yang ditawarkan. Shenhua sekali lagi menggunakan tulis tangan.


Seharusnya pada tahap awal, PLN memperingkatkan para peseerta berdasarkan tinggi-rendahnya IRR dengan acuan di atas 12%. Setelah itu, baru PLN memilih harga beli terendah dengan penyesuaian IRR PJB. Sedangkan perhitungan, the correspondent real PJB equity IRR hanya 9,8%, artinya di bawah 12%,

Lantas, bagaimana Shenhua bisa sampai menang? 

Tulis tangan pada kolom penting dalam proposal internasional, menjadi tanda tanya besar. Sedangkan, di kolom lain seperti kolom komponen C dan surat pengatar, Shenhua menulis dengan ketik komputer. Dan dari 5 proposal peserta lainnya, tidak ada satupun kolom yang ditulis tangan.

Akibat kejanggalan ini, pihak komisi VI DPR RI mengkritisi panitia tender jawa-7 dan PLN tentang adanya penawaran harga dengan tulis tangan yang ada di proposal Shenhua. Menurut Wakil ketua komisi VI DPR RI, Azam Azman Natawijana, tulis tangan ini memunculkan kesan bahwa proses tender seperti ada permainan. “Padahal ini kan mega proyek 35 ribu megawatt,” katanya. 

Menanggapi kecacatan prosedur ini, Dirut PT PLN Sofyan Basir menilai tidak ada masalah dengan tulis tangan dari pemenang tender Shenhua. “Jangankan tulis tangan, tulis kaki juga boleh,” katanya. Sofyan mengakui memang kalau kolom-kolom yang kosong, ditulis tangan di menit-menit akhir proses tender.

Itu artinya, Shenhua punya waktu untuk mencari tahu, penawaran dari peserta tender lain. Sehingga, dengan membandingkan harga penawaran dari peserta tender yang lain, Shenhua bisa menawar harga lebih rendah dan menuliskannya di kolom yang ejak dari awal telah dikosongkan.

Sofyan sendiri mengamini, bawah setiap proses tender di PLN rentan dengan bocornya harga penawaran di proposal sehingga dia menilai kalau Shenhua hanya sekedar menggunakan strategi tulis tangan untuk menghindari kebocoran.

Meskipun dia menampik, sebelum tulis tangan, Shenhua telah mengetahui harga penawaran peserta lain. “Mereka (Shenhua) mungkin sering dipermainkan. Rahasia dibocorin. Cerita-ceritba begini ada di tender proyek PLN,” akunya.

Diduga kuat, tulis tangan memang sengaja dilakukan untuk mengetahui harga penawaran dari peserta lain. Dengan begitu, Shenhua bisa menuliskan harga penawaran terendah. Kemungkinan besar Shenhua telah bekerja sama dengan pihak panitia untuk mencari harga penawaran peserta lain.

Selain itu, IRR PJB yang ditawarkan Shenhua juga tidak valid. Kerana berdasarkan koresponden real, seharusnya PJB IRR berada pada angka 9,8% atau di bawah 12%, seperti yang disyarakatkan panitia tender.

Mencari harga murah dengan cara curang atau tidak CnC, pada akhirnya menempatkan PLN pada persimpangan jalan: diskresi atau ada unsur tindak pidana. Ini cacat prosedur tender Jawa-7 kedua. Masih ada kecacatan yang lainnya. Mohon agak bersabar. Soalnya nulisnya pakai analisis manajemen konstruksi.

To be continued.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.