Penelitian yang dilakukan di Swedia menyebutkan, alzheimer dan kanker dipicu pemendekan kromosom Y. Terdapat suara kontra, terlebih bila dikaitkan dengan usia harapan hidup pria lebih rendah ketimbang wanita. Setidaknya, riset tersebut mampu menjadi terapi prediktif.
sumber: obatherrbal-alami.com |
Kejadiannya sekitar lima tahun lalu. Kala itu, Diatri tengah merawat pasien alzheimer pria berusia 60 tahun, sebut saja Anton. Setiap konsultasi, Diatri harus memperkenalkan diri ke Anton, bahkan sampai lebih
dari lima kali dalam satu waktu. Karena bosan, pada ajakan perkenalan kesekian kali, Diatri cuek. ''Dia [Anton] malah membentak saya,'' katanya kepada GATRA, Kamis pekan lalu.
Walaupun sedikit kesal, Diatri terbantu dengan perilaku aneh Anton. Diatri dapat memvonis bahwa Anton mengalami gejala demensia lebih awal. ''Dengan lihat dia marah-marah, lupa begitu, kita dapat gejalanya. Dan langsung ditangani,'' katanya.
Menurut Diatri, alzheimer terjadi karena adanya proses degenerasi sel-sel saraf di otak. Biasanya, penyakit itu mulai menyerang daerah hippocampus, bagian otak besar yang berfungsi untuk menyimpan memori baru. Lambat laun, proses degenerasi meluas ke bagian otak yang lain. Selain itu, ada faktor risiko lain, seperti diabetes melitus, hipertensi, dan obesitas sehingga orang kurang beraktivitas.
Menurut Diatri, alzheimer biasanya dimulai pada usia 65 tahun ke atas.
Diatri mengatakan bahwa perempuan lebih banyak mengidap alzheimer dibandingkan laki-laki. Karena usia perempuan lebih panjang dibandingkan laki-laki. ''Prevalensi tiga berbanding dua, wanita lebih banyak daripada pria penderita alzheimer,'' katanya.
Sayangnya, hingga kini belum diketahui penyebab utama alzheimer. Akibatnya, sulit memproduksi obat mujarab penghilang penyakit degeneratif tersebut. Secercah harapan muncul dari Uppsala University, Swedia.
sumber: dailymail |
Seperti diketahui, pria memiliki kromosom XY, sedangkan wanita XX. Setidaknya, ada lebih dari 100 gen yang menggulung dan membentuk kromosom Y. Beberapa di antara gen tersebut membentuk hormon testosteron, penghasil sperma.
Tim Forsberg mendapat kesimpulan tersebut setelah melakukan serangkaian penelitian soal gen.
Memang, penelitian soal gen bukan baru kali pertama ini dilakukan. Sudah banyak. Namun, Forsberg menerangkan, kebanyakan penelitian genetik selama ini hanya berfokus pada varian gen, seperti mutasi yang diwariskan oleh suatu keturunan.
Sayangnya, menurut Forsberg, variasi genetik yang diperoleh sepanjang hidup, yaitu pasca-perubahan zigotik (post-zygotic), tidak cukup dieksplorasi oleh banyak peneliti.
Padahal, mutasi post-zygotic tersebut menyebabkan LOY di dalam sel darah pria. ''Memendeknya kromosom Y di dalam sel darah ini terjadi dari waktu ke waktu,'' katanya.
Dalam penelitian yang menggunakan sampel pria hingga 3.218 dengan rentang usia rerata 37-96 tahun tersebut, tim menggunakan single nucleotide polymorphism (SNP)-array untuk menghitung tingkat LOY.
SNP sendiri adalah salah satu bentuk variasi materi genetik yang ditunjukkan oleh perbedaan nukleotida tunggal di dalam susunan rangkaian basa DNA.
Selanjutnya, validasi kesimpulan SNP-array berbasis memendeknya kromosom Y didapat dengan menganalisis data generasi seluruh genom sequencing.
Sedangkan metode yang digunakan tim tersebut adalah studi kohor, yakni sampel memiliki karakteristik serupa.
Hasilnya, sebanyak 546 sampel, atau sekitar 17% dari subjek penelitian tersebut menunjukkan bahwa kromosom Y di dalam sel darah mereka memendek. Salah satu gen yang hilang dalam kromosom tersebut adalah APOE, yang menempel pada kromosom 19. ''Hilangnya APOE ini merupakan faktor risiko penyebab alzheimer,'' tulis laporan penelitian tersebut.
Selain APOE, masih ada sekitar 24 jenis gen lain yang menjadi faktor risiko alzheimer.
Di samping itu, LOY juga menjadi penanda munculnya penyakit lain, seperti kanker. Sel darah yang kehilangan kromosom Y akan menyebabkan jaringan-jaringan rusak dan bagian dari sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi.
Kerusakan 25 genetik ini dapat memengaruhi respons imun, regulasi endositosis (masuknya zat ke dalam sel), serta pengangkutan kolesterol dan protein.
Akibatnya, laki-laki yang memiliki LOY yang tinggi lebih rentan terhadap penyakit.
sumber: blogspot.com |
Temuan ini diapresiasi sejumlah kalangan. Menurut Terrence Town, peneliti dari Southern California University, Los Angeles, Amerika Serikat. ''Penelitian ini sangat baik dilakukan,'' katanya. Alasannya, selama ini penyebab dari penyakit alzheimer memang sering datang dari tempat-tempat yang tak diduga.
Hal yang sama dikemukakan Stephen Chanock dari National Institutes of Health di Bethesda, Maryland, Amerika Serikat. ''Studi ini merupakan langkah pertama yang penting,'' katanya. Namun, menurut Chanock, tim harus bekerja lebih lanjut untuk menyelidiki adanya hubungan antara memendeknya kromosom Y dengan harapan hidup pria. ''Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi hal tersebut.''
Pendapat kontra disuarakan Chris Lau, profesor di Departemen Kedokteran di University of California, San Francisco. Menurut Lau, penyebab kanker dan alzheimer kompleks, tidak hanya diakibatkan LOY. Bukan hanya itu, menurut Lau, memiliki kromosom Y sendiri juga meningkatkan risiko lain, seperti autism. ''Jadi tidak mungkin bahwa LOY dapat menjelaskan mengapa hidup pria lebih pendek dari perempuan,'' kata Lau seperti yang GATRA kutip dari Medical Daily.
Dalam penelitian yang diterbitkan di American Journal of Human Genetics pada pertengahan Mei lalu itu memang tidak menjelaskan hubungan antara LOY dengan pendeknya harapan hidup kaum adam. Namun, mereka mempunyai satu teori cukup kuat yang dapat menjelaskan hal tersebut.
Menurut salah seorang tim peneliti lain, Jan Dumanski, seorang profesor di Departemen Imunologi, Genetika dan Patologi Universitas Uppsala, sel-sel darah manusia terlibat dalam sistem kekebalan tubuh. ''Karena itu, kami berhipotesis bahwa memendeknya kromosom Y dalam sel darah, menyebabkan [penderita] kehilangan salah satu bagian dari fungsi kekebalan tubuh mereka,'' kata Dumanski.
Di sisi lain, menurut peneliti Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Herawati Sudoyo, informasi mengenai menghilangnya Y bukan hal baru. Menurutnya, ini disebabkan adanya fenomena evolusi di sel-sel laki-laki.
Setelah mencermati jurnal peneliti, Herawati berpandangan bahwa penelitian tim Forsberg mengasosiasikan LOY dengan kerentanan munculnya alzheimer pada laki-laki usia 50 tahun ke atas. ''Jadi ada lebih 20 gen yang berhubungan dengan risiko alzheimer,'' katanya kepada GATRA, Rabu pekan lalu.
Herawati mengatakan, kromosom Y pada laki-laki berusia di atas 50 tahun rentan memiliki kromosom mozaik. Nama terakhir itu adalah suatu kondisi di mana kromosom memiliki perbedaan ukuran di dalam sel. ''Mozaik itu berarti, di sel tubuh kita kromosom Y ada yang normal tapi ada juga yang sudah memendek,'' katanya.
Pemendekan tersebut, kata Herawati terjadi, karena adanya proses abnormal dalam pembelahan sel. Di samping itu, Herawati mengatakan, penderita LOY memiliki kemungkinan harapan hidupnya lebih rendah hingga 5,5 tahun bila dibandingkan dengan pria yang kromosomnya tidak memendek. Kondisi ini dengan satu catatan, bahwa yang hilang adalah gen vital. ''Kita lihat jenis gennya, vital nggak? Harus dilihat satu per satu. Tidak semua gen yang hilang mempersingkat usia pria,'' ujarnya.
Pendapat Dumanski bahwa LOY menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh diamini oleh Herawati. Menurut Herawati, LOY juga dapat mejadi faktor risiko menurunkan sistem kekebalan tubuh. Herawati mengatakan, dengan LOY yang tinggi, tubuh laki-laki mudah terkena infeksi. ''Dan itu yang merangsang terjadinya alzheimer dan kanker,'' katanya.
Lalu, apa yang menjadi penyebab kromosom Y dapat memendek seiring dengan berjalannya waktu?
Menurut Herawati, salah satu penyebab hal ini adalah gaya hidup. Kebanyakan, gaya hidup pria jauh dari kata sehat. Ia mencontohkan kebiasaan merokok. ''Merokok bisa menyebabkan pemendekan kromosom ini,'' katanya.
Manfaat penelitian ini, menurut Herawati, LOY dapat digunakan dalam predictive therapy. Laki-laki yang kromosom Y-nya memendek dapat langsung di-screening. ''Jadi laki-laki diperiksa.Kalau kromosomnya memendek, hati-hati. Karena risiko mereka jauh lebih besar,'' katanya. ''Penelitian ini penting untuk mendukung penelitian lanjutan lainnya.''
Hendry Roris Sianturi dan Andya Dhyaksa
Majalah GATRA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.