Komunitas Kagumi sumber: doc.komunitas |
Bermetamorfosis dari sebuah grup online, Komunitas Kagumi tidak sekadar hadir untuk meningkatkan kepercayaan diri dan eksistensi anggotanya. Namun perkumpulan wanita gemuk ini turut mengembangkan bakat dan prestasi para anggotanya.
Siapa sangka di balik senyum manisnya, Onne Hardi Putranti awalnya seorang yang temperamental. Reaksi sensitif itu biasanya muncul bila berkaitan dengan ejekan berat badannya. Namun setelah bergabung menjadi anggota Kagumi (Ikatan Wanita Gemuk Indonesia) tahun 2013 lalu, wanita berbobot 78 kilogram ini pun menjadi lebih relaks.
Maklum, wanita kelahiran Bogor 37 tahun silam yang memang gemuk sedari kecil itu sering diejek. Onne bertubuh gendut akibat obat syaraf yang diminumnya sejak kecil. Tangan dia lumpuh karena saat proses kelahiran menyangkut akibat salah prosedur penarikan oleh bidan.
''Sekarang kalau ada orang ngejek, saya bisa lebih nyantai,'' aku wanita berparas hitam manis itu. Sambil tersenyum lebar, Onne hanya akan bilang, ''lebih bagus nambah berat badan dari pada nambah dosa.'' Percaya dirinya pun semakin bertambah lambat laun.
Onne juga merasa, wawasannya semakin berkembang. Ini dirasakan seiring dengan diskusi dan gathering yang sering ia lakoni bersama
anggota grup Kagumi, komunitas yang bermarkas di sebuah rumah di Perumahan Tytyan Kencana, Jalan KH. M. Tabrani, Margamulya, Bekasi. Tidak hanya itu, dunia pertemanan pun semakin luas. Bahkan menambah manfaat memperluas jaringan bisnis.
Diakui oleh Pendiri Kagumi, Indrayati Silen, bahwa orang berberat badan lebih memang cenderung sering di-bully. Pengalaman tersebut ia rasakan sejak menjadi gemuk di usia enam tahun. ''Itu membekas lama. Tapi enggak sampai sekarang,'' ujar Iin terkekeh.
Tujuan awal berdirinya Kagumi, menurut Iin, memang untuk memotivasi rasa "pede" wanita gemuk. Namun komunitas yang berdiri pada 15 Oktober 2013 itu tidak sekadar perkumpulan untuk ''berhaha-hihi'' . Selain sering kongko, berdiskusi dan gathering, mereka juga menggali dan mengembangkan potensi dan bakat para anggotanya.
Modeling Komunitas Kagumi Sumber: doc. komunitas |
Mereka akan diberi kesempatan untuk tampil di depan umum. Walau hanya di acara kecil, di atas panggung mini saja. Kagumi sering bekerja sama dengan mal yang menyediakan panggung untuk tampil, seperti FX Sudirman dan mal Kota Kasablanka.
Tidak hanya itu, Kagumi juga mengembangkan para anggota yang berminat dalam menari. Pengajarnya adalah personel yang ternyata seorang koreografer dan punya studio dancer. Ia sendiri jarang menari tapi lebih sering mengajar anak-anak.
Penari inti Kagumi ada empat orang. Tapi bila ada permintaan bisa ditambah dengan anggota lainnya. ''Kita ada audisi, semacam seleksi kecil-kecilan,'' tutur Iin. Para penari ini telah beberapa kali tampil di Bellazio Mall Kuningna dan Pejaten Village Mall.
Bakat lain yang dikembangkan Kagumi adalah modeling. Bahkan mereka sudah memiliki sekolah dan agency bernama Big Beauty Models Management. Jadi bila ada perusahaan atau perorangan ingin memakai model Kagumi, bisa bekerja sama secara profesional. Saat ini ada empat angkatan di agency yang beralamat di Apartemen Poin Square Tower A. Lebak Bulus ini.
Iin menjelaskan, model berbadan tambun di luar negeri sudah menjadi tren. Berbeda dari Indonesia yang belum ''open minded'' untuk fashion big size. Namun belakangan, industri ini mulai bermunculan dan muncul kebutuhan modelbig size.
Sayangnya, lanjut Iin, belum ada yang menggarap bidang ini secara profesional. Biasanya, para model ini cabutan tanpa penghargaan profesional. Misal untuk foto dengan 20 baju cukup diberi imbalan voucher Rp 300,000. ''Makanya kita ingin mengubah pelan-pelan gimana caranya profesional,'' kata Iin.
Nah lewat agency itu, semua kerja sama yang dilakukan para model big size ini dilakukan berdasarkan kontrak proyek dengan perusahaan pemakai jasa. Menurut Iin, itu dijalankan secara profesional selayaknya dalam dunia modeling. Tiap model ada harga berbeda-beda. Semakin cantik dan pintar berpose, makin mahal bayarannya.
Untuk kategori model ada tiga tipe. Pertama authentic atau real size dengan ukuran produk busana nomor 8-12. Atau model dengan berat badan 60-80 kilogram. Kedua plus size dengan ukuran busana 14-18 dan terakhir adalah big size untuk ukuran baju 20-24.
Akhir Maret 2015 lalu, tiga orang plus size Big Beauty Models Management ikut tampil dalam ''Mercedes Benz Stylo Asia Fashion Week 2015'' di Kuala Lumpur, Malaysia. Dalam fashion show ini model Indonesia memakai busana rancangan Kaylene Plus Size Boutique Singapura. Dia adalah desainer baju big size popular di Singapura.
Saat ini, Kagumi memiliki 10.000 anggota yang bergabung di grup di jejaring sosial Facebook. Namun dari jumlah itu, yang aktif ada sekitar 500 orang. Mereka kebanyakan wanita dengan berat badan 70-102 kilogram. Anggota termuda masih duduk di bangku sekolah menengah pertama dan tertua berumur hampir 60 tahun.
Sebenarnya tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi anggota Kagumi. Pendaftaran hanya melalui seleksi di grup Facebook. Anggotanya ada di seluruh Indonesia yang terbagi menjadi 15 koordinator wilayah. Acara gathering dan ''kopdar'' setidaknya dilakukan sebulan sekali.
Komunitas ini ternyata merupakan metamorfosis dari sebuah grup online. Tahun 2011 lalu, Iin mendirikan toko bernama Big Beauty Queens. Saat itu, mulai muncul pertanyaan dan akhirnya banyak dorongan untuk mendirikan komunitas dan akhirnya berdirilah Kagumi.
Mimpi Kagumi ke depan sebenarnya sederhana. ''Kita berharap perempuan Indonesia yang gendut, bisa lebih percaya diri,'' kata Iin. Mampu menonjolkan bakat dan prestasinya.
''Jangan ada lagi yang berjalan menunduk dan menutup diri,'' ujarnya.
Birny Birdieni dan Hendry Roris P. Sianturi
*Dimuat di Majalah GATRA edisi 26 Mei - 1 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.