Tampilan
Nurhayati Subakat -pendiri produk kosmetik Wardah- masih kece saat
saya menemuinya di kantor Perkosmi (Persatuan Perusahaan Kosmetika
Indonesia) jalan Jl. Suryopranoto No.2 Jakarta Pusat. Padahal
usiannya sudah 64 tahun loh.
Bedak
yang melekat di wajahnya, natural. Eyeshadow hitam di kelopak
matanya, menghangatkan tatapan. Lipstik warna merah mawar di bibirnya
mecing dengan baju batik merah kelir hitam yang dikenakannya.
Pemilihan
kerudungnya pun sesuai dengan rok terusan, sama-sama berwarna hitam.
Lalu apa rahasia wanita paruh baya ini tetap cantik dan modis?
“Selalu berpikir positif, suka berbuat baik, merawat diri dan hidup
teratur,” katanya, Kamis 16 April.
Percintaan
dengan suaminya, Subakat Hadi pun awet. Keduanya berasal dari
almamater yang sama, Institut Teknologi Bandung. Bedanya, Nurhayati
jurusan Farmasi dan wisuda tahun 1975 sebagai lulusan terbaik,
sedangkan Subakat jurusan Kimia dan lulus tahun 1972.
Nurhayati & Hadi Subakat (sumber: FB Nurhayati) |
Mereka
berkenalan sejak mahasiswa. Subakat pernah menjadi asisten praktikum
Nurhayati. Hanya saja, ketika Mr. Subakat lulus, dia tidak pernah
bertemu lagi dengan Nurhayati. Subakat hijrah, melanjutkan kuliah
beasiswa S2 ke Amerika Serikat. “Pacarannya singkat. Dari kakak
saya dia mulai dekat dengan saya,” kata Nurhayati.
Kebetulan
memang, ketika di USA, Subakat bertemu dengan kakak Nurhayati.
Melalui bantuan sang kakak, Nurhayati semakin sering berkomunikasi
dengan Subakat. Pulang ke Indonesia dengan membawa ijazah cumlaude,
Subakat lekas melamar Nurhayati. Hingga akhirnya mereka memiliki 3
anak dan 7 cucu sampai saat ini.
Ketika
Nurhayati merintis PT Pusaka Tradisi Ibu (PTI) (sebelum akhirnya
berganti nama menjadi PT Paragon Technology Innovation), Subakat
telah bekerja di PT
Gunanusa Utama Fabricator sebagai manager direktur.
Untuk
modal usaha, Nurhayati menggunakan penghasilan suaminya untuk
mendukung permodalan perusahaan. “Waktu buka usaha dibantu modal
dari suami,” katanya.
Dengan
gaji tersebut, Nurhayati menambal kekurangan dana menggaji karyawan
selama tiga sampai empat bulan pertama. Karena keterlambatan
pembayaran gaji, menurutnya, akan mempengaruhi kinerja karyawan. “Kan
gaji suami ngasih ke saya semua,” katanya.
Selain
itu, Subakat berperan membantu menyusun sistem manajemen perusahaan.
Pengalaman manajerial suami diperoleh ketika memimpin beberapa
perusahaan. “Dia kan pernah bekerja di perusahaan besar, menjadi
CEO di perusahaan besar,” katanya.
Meskipun
telah membantu merintis PT PTI, namun Subakat baru bergabung ke
perusahaan sebagai komisaris sejak tahun 1995. “Pensiun dini waktu
umur sekitar 46 dari perusahaan Guna Nusa,” katanya.
Nurhayati
mengatakan, prospek bisnis perusahaan tempat suaminya bekerja sedang
keset. Apalagi perusahaan Gunanusa tidak memiliki diversifikasi usaha
lain. “Itu salah satu alasannya,” katanya.
Di
samping itu, lanjut Nurhayati, suaminya ingin fokus membantu sang
isteri membenahi perusahaan. “Tugasnya manajemen, benahi perusahaan
dan mengurus IT. Dan ada perbaikan-perbaikan yang harus mengikuti
perkembangan,” katanya.
Kerjasama
pasangan Nurhayati dan Subakat, berujung manis. Brand produk
Wardah populer dan sudah mendunia. Nurhayati menuturkan, pencapaian
ini berkat dukungan keluarga. Nurhayati bahkan telah memiliki empat
pabrik produksi di Tangerang. “Karyawan yang loyal serta bekerja
keras di semua lini, telah membuat Wardah berkembang seperti
sekarang,” ujarnya merendah.
Sebagai
seorang isteri, Perempuan kelahiran Padang panjang, 27 Juli 1950 ini
ingin membantu suami secara finansial untuk menghidupi keluarga.
Nurhayati berpandangan, selain mengurus rumah tangga, isteri yang
bekerja sudah nge-tren sejak zaman Rasulullah SAW.
Saat
itu isteri-isteri sudah memulai usaha seperti berniaga atau membuat
kerajinan tangan. “Yang penting, dia tidak melupakan peran dan
tanggung jawabnya pada keluarga sebagai istri dan ibu,” katanya.
Menurut
Nurhayati, setiap kesuksesan karir seorang isteri, tidak terlepas
dari dukungan suami. Asalkan isteri juga harus bisa memberi contoh
kepada anak-anak untuk bekerja keras dan disiplin sejak dini. “Selama
pintar membagi waktu, hal ini tentu tetap bisa berjalan beriringan,”
ujar mantan apoteker RSUP Padang ini.
Nenek
tujuh cucu ini menyarankan, meskipun isteri memiliki penghasilan
lebih besar ketimbang suami, Keduanya harus saling menghormati dan
menghargai serta pandai menempatkan diri. Di rumah. istri tetap patuh
kepada suami sebagai kepala keluarga.
Dalam
mengambil setiap keputusan pun begitu, misal memilih sekolah anak,
berlibur atau membeli barang, tetap dirundingkan bersama suami.
Sehingga wibawa suami tetap terjaga di mata keluarga. “Penghasilan
yang besar, tidak boleh menjadikan isteri sombong dan lantas
meremehkan suami,” katanya.
Nurhayati
menampik suaminya akan khawatir dengan naiknya karir atau besarnya
pendapatannya. Karena menurut Nurhayati, suami juga memiliki karir
yang bagus. “Dia nggak merasa tersaingi,” kata Nurhayati.
Nurhayati
mengatakan, saat ini selain membantu bekerja di perusahaan, Subakat
juga sering berkunjung melihat cucunya. Apalagi lokasi tempat tinggal
mereka tidak jauh dari kediaman anak-anaknya. “Hampir setiap hari
ketemu dengan cucu karena tinggal satu area. Bisa pagi atau sore,”
katanya.
Nurhayati
mengatakan, sejak awal Nurhayati dan Subakat serius mendirikan
perusahaan peragon. Sekarang sistem kerja 30 cabang sudah fully
computerize. “Cabangnya 30 dan sudah online. Jadi bukan perusahaan
hoki,” katanya.
Mereka
ingin membawa perusahaan Paragon bisa mengalahkan perusahaan
multinasional. “Semoga perusahaan ini jangan seumur pemiliknya dan
bisa bermanfaat bagi orang banyak,” ujar perempuan yang hobi
traveling ini.
Saat
ini perusahaan Paragon dikelola bersama-sama dan sudah diserahkan
dengan anak sulungnya. “Saat ini anak yang banyak mengurus
perusahaan. Sudah lebih 5 tahun ini.bergabung,” katanya.
Ibu Nurhayati Subakat Memiliki Rasa Kepedulian dan Sosial yg Tinggi.
BalasHapusMau berbagi ilmu dan juga pengalaman
SUMBAR..SUMangaik BARu nan patut ditiru. Sukses slalu yoo..Uni