Bersama teman-teman bersantai sejenak di Kawasan Gunung Gede Pangrango
Di Minggu keempat bulan Januari
2014, aku mengukuti undangan Media Gathering yang diadakan PT. BNI Tbk. di
Sentul, Bogor. Sabtu pagi (24/01) tepatnya pukul 09.00 WIB, aku bergegas dari Kalibata
menuju Sudirman No.1, Kantor Pusat BNI selama sekitar setengah jam.
Setibanya di sana, para jurnalis
lainnya sudah berkumpul di ruang lobi kantor bersama Dirut BNI, Gatot
Mudiantoro Suwondo. Gatot tampil sederhana dengan kemeja putih garis-garis, Pria
60 tahun itu tengah asyik bercerita tentang dunia perbankan.
Gatot juga menyisipkan pengalamannya
selama berkarir sebagai bankir. Gatot mempertegas bahwa para bankir tidak perlu
khawatir menghadapj MEA. Adik ipar Ani Yudhoyono ini menyakini bankir Indonesia
lebih hebat dari bankir negara ASEAN lainnya.
Sesekali Gatot berguyon memecah
peliknya percakapan tentang perbankan. Tak lupa. Tak lupa Gatot menyeruput kopi
di mejanya. Yang barangkali sudah mendingin akibat udara AC. Gatot juga
menuturkan bagi masyarakat bahwa kewajiban tidak boleh mencapai 45% dari income
(pemasukan).
Tujuannya agar tidak mempengaruhi
pemenuhan sehari hari. “Contoh mau beli tv minjam tapi nggk sesuai dengan
penghasilannya,” ujarnya sembari tertawa kecil
Dirut yang sudah menahkodai BNI
selama 2 periode ini mengungkapkan strategi perencanaan keuangan dan persiapan
pesiun dini. “Harus diakui persiapan pensiun masyarakat luar negeri lebih baik
karena memang mereka lebih individual,” katanya membandingkan.
Anak dari anggota Kopasgat TNI ini
saat bincang-bincang santai, ditemani tangan kanannya, Bimo Notowidigdo is Head
of Treasury for BNI. Diskusi dengan sang dirut pun selesai jam 11 siang. Sembari
menunggu bis, para jurnalis menikmati emilan dan kopi, bersiap menuju Sentul.
Saat bis pariwisata datang, kami
langsung bergegas. Bis berwarna putih itu membawa sekitar 30 orang, termasuk
para EO dan tim dari BNI. Di dalam bis, kami menikmati makan siang yang telah
disediakan.
***
Kami tiba di Hotel Lorin jam setengah
1 siang. Saat itu, kami tidak langsung masuk kamar lantaran para tamu belum check out dari kamar. Uniknya, tamu-tamu
tersebut adalah jurnalis yang mengikuti Media Gathering yang diadakan oleh
Pertamina.
Kata pihak hotel, check out mereka mundur hingga jam 2
siang. Akhirnya, kami menunggu di tempat bersantai, atap plastik berwarna
merah. Aku dan seorang jurnalis senior dari pos kota, asyik saja bercakap
tentang seteru BG dan BW alias cicak dan buaya.
Letak hotel Lorin tepat di samping
sirkuit sentul loh. Hanya saja, waktu itu tidak ada latihan atau perlombaan
balapan. Kami hanya menikmati teriknya pantulan aspal sirkuit sentul. Setelah
tamu dari Pertamina check out dan kamar
telah dirapikan, kami masuk ke kamar masing-masing..
Satu kamar terdiri dari dua orang.
Aku dipasangkan dengan jurnalis dari Bumn Inside, media yang baru dibentuk oleh
kementerian BUMN. Kami menempati kamar no. 4224 yang terletak di lantai 4. Tapi
di lift, tombolnya bukan lantai 4 melainkan lantai 3A. Agak aneh juga.
Kamarnya tidak terlalu besar. Ada
dua bed dan satu TV layar datar. Kamar mandi satu dilengkapi dengan westafel, WC
duduk dan shower mandi. Tak lupa, peralatan mandi termasuk handuk sudah stand
by di dalam kamar mandi.
Dari jendela kamar hotel kami, tampak
sirkuit balap sentul dengan jelas. Selain itu kita juga bisa menikmati
keindahan siluet bukit-bukit di yang melingkari daerah sentul. Kadang-kadang
pandangan kita dialihkan dengan riak-riak suara pengunjung yang asyik berenang
di kolam renang hotel yang letaknya persis di bawah gedung hotel.
Malamnya, para jurnalis mengikuti
kelas jurnalistik di ruang auditorium yang terletak di lantai 1 hotel. Kami berdiskusi
pengetahuan umum perbankan. Materi disampaikan oleh Bimo Notowidigdo. Sambil menyeruput
kacang panas dan kopi yang tersaji di meja bundar, kami mendengarkan pemaparan
materi. Setelah sesi tanya jawab selesai, aku kembali ke kamar hotel.
Minggu pagi, sekitar jam 9, kami
bersiap berangkat ke kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat
dengan mobil Land Rover. Pihak EO telah mempersiapkan 10 mobil buatan tahun
70an itu untuk Off Road di track gunung.
Perjalanan dari hotel ke daerah
kawasan sekitar satu jam. Agar lebih efesien, kami melewati jalan tol. Setelah
sampai di kawasan, kami memulai perjalanan dengan gundukan batu-batu kecil dan
tanah-tanah becek. Selama perjalanan Off Road, jantung kami berdetak kencang,
mata kami mawas karena harus melewati jalan sempit dan di sampingnya jurang
yang terjal.
Belum lagi dengan kondisi hujan dan
tanah becek. Selip sedikit, mobil bisa tergelincir ke jurang. Dalam perjalanan
kami juga melewati pesantren agrokultural. Kata supir yang membawa kami,
pesantren ini adalah markas besar FPI. Buset, letaknya lumayan jauh dari
keramaian.
Gbr.3
Salah satu mobil mandek
Perjalanan berlanjut melewati kebun
teh yang luas. Saat itu awan terlihat kelabu. Hujan membasahi kaca mobil. Ada satu
momen, dimana mobil yang aku dan tiga rekan lainnya (beserta supir) tumpangi,
sempat tidak stabil saat melewati jalan turunan yang licin dan curam.
Bahkan mobil tua yang kami naiki
hampir terbalik. Kaca mobil terbentur tebing dan pintu samping terbuka. Untung
lah nggak sampai masuk ke jurang. Namun sialnya, tasku terjatuh. Yang lebih
naas lagi, telepon selulerku ada di dalam.
Ketika jatuh, ban besar mobil land
rover kami, menggilas tasku yang sudah tercelup lumpur. Saat aku ambil tasnya,
untunglah kedua telepon genggam di dalamnya, nggak hancur. Huh
Setelah lambung dibok-obok selama 4
jam, kami akhirnya beristirahat sejenak di salah satu rumah makan kawasan
gunung. Kata orang sekitar, rumah makan tersebut baru beroperasi satu tahun. Selain
tempat makan, rumah makan itu sering digunakan sebagai tempat latihan nge-trak
mobil-mobil jip karena memiliki track sederhana.
Setelah kenyang, kami kembali ke
hotel sekitar jam setengah 3 siang melewati jalan tol yang sama. Jam setengah 4
kita tiba di hotel dengan pakaian yang berlumpur dan badan yang setengah lesu. Sekitar
sejam, kami diberi kesempatan untuk bersih-besih dan packing sebelum kembali ke
Jakarta. Sekitar jam 5 kita berangkat pulang ke ibukota kembali.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus