SELAMAT DATANG SOBAT !!!! Terimakasih telah berkunjung ke ABADIORKES

11.14.2014

Teater Rasa Jepang

Di bawah paparan cahaya panggung, ada sepasang pembawa acara mengenakan pakaian khas Jepang, Kimono dan obi, sabuk pinggang, membuka pertunjukan. Mereka berkomunikasi dengan penonton menggunakan dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Jepang. Sesekali mereka juga melepas lelucon sehingga mengundang gema tawa seisi GOR Bulungan, Jakarta Selatan (20/09).

1411553928756877100 
my doc. Presenter Menyapa salah satu pemain teater


Pertunjukan mengangkat tentang sosio-historikal Jepang. Naskah teater, berjudul Haruka, yang ditulis oleh Rizky Aurelia Putri. Kendati pertunjukan bernuansa Jepang, para pemainnya tetap berasal dari Indonesia yaitu, mahasiswa jurusan Sastra Jepang, UI dan menggunakan Bahasa Indonesia. Setiap dialog, diterjemahkan ke dalam subtitle Bahasa Jepang melalui pantulan proyektor yang terletak di samping panggung.

Pementasan Haruka berdurasi dua jam dan berlangsung dalam dua bagian. Bagian pertama menceritakan tentang awal mula Haruka mengenal Kamiko, lalu menjadi pembunuh berdarah dingin. Pada bagian dua, Haruka membunuh semua orang yang menghalanginya, mendekati Kamiko. Berikut sipnosis pertunjukan Haruka:

***

Setelah kedua presenter selesai memberitahu aturan pertunjukan kepada penonton, lampu panggung padam. Sekonyong-konyong, terdengar gemuruh suara langkah kaki orang sambil berteriak dari belakang kursi penonton. Mereka berlari menuju panggung dengan langkah yang beradu cepat.

Setelah sampai di atas panggung, lampu menyala dan tampak sebatang pohon sakura yang daunnya sedang berguguran. Di sampignya, telah berdiri 6 samurai yang saling mengancungkan Katakana. Tiga samurai berpakaian putih hitam dan tiga lagi berpakaian hitam-hitam. Diiringi genderang musik instrumen, mereka saling menghunus pedangnya.

Satu persatu, samurai tewas dan akhirnya tinggal dua orang samurai yang bertahan. Di akhir pertarungan kedua samurai ini pun akhirnya tewas. Tidak ada samurai pun yang bertahan. Setelah dua samurai tersebut tersungkur bersama daun sakura, lampu kembali padam. Adegan awal tersebut, berlangsung sekitar 10 menit dan berhasil mengajak para penonton masuk ke dalam jalan cerita selanjutnya.

Pertunjukkan dilanjutkan dengan adegan pengenalan tokoh utama, Haruka. Gadis manis ini berasal dari keluarga kerajaan. Ayahnya seorang penguasa yang sedang berperang dengan satu kerajaan. Meski anak tunggal, Haruka sering mendapat intimadasi dari ayahnya karena ayahnya merasa menyesal melahirkan seorang putri, bukan seorang putra yang dapat melanjutkan kerajaan. Karena itu pula, ayah Haruka seriing menyalahkan ibu Haruka.

Suatu ketika, Haruka dibentak oleh ayahnya karena, dia telah menumpahkan minuman ke tamu ayahnya. Selain memarahi, Haruka juga ditendang oleh ayahnya. Haruka sering sedih dan menaingi terisak-isak atas penderitaannya. Karena itu, Haruka kabur dari rumahnya dan menuju satu taman.

Di taman itu, dia bertemu dengan Kamiko. Pada Kamiko, Haruka curhat tentang kekejaman ayahnya. Kamiko pun merasa empati dan menasehati Haruka. Saat itu Haruka merasa memiliki sahabat baru. Dia merasa nyaman bersama Kamiko. Ketika mereka berdua di taman, Kamiko sempat mengatakan, “Orang jahat lebih baik mati”. Kalimat inilah yang selalu terngiang di dalam benak Haruka.

1411554026751986022 
my doc. Haruka dan Kamiko bertemu

Setelah pertemuannya dengan Kamiko, Haruka kembali ke istananya. Di Istana, ibu Haruka telah menunggunya. Sang ibu mengkhawatirkan Haruka, karena telah kabur dari istana. Saat mereka berdua, ibunya memberikan Tanto, semacam belati kecil. Tanto adalah benda pusaka yang diwariskan turun temurun di keluarga ibunya. Untuk melanjuti tradisi tersebut, ibunya pun mewariskan Tanto tersebut kepada Haruka.
Warisan ini justru membawa petaka 13 pada kehidupan Haruka. Awal petaka datang saat ayah Haruka memarahinya. Bahkan Haruka harus kembali menerima sepakan kaki ayahnya. Dalam kesedihannya, Haruka mengingat perkataan Kamiko di taman, “Orang jahat lebih baik mati”. Kalimat inilah yang memotivasi Haruka menghunuskan belatinya ke perut ayahnya sendiri. Sang ayah yang tidak bisa mengelak, terhujam belati. Seketika ayahnya tersungkur.

Sang ibu yang melihatnya lalu memarahi Haruka. Ibunya tidak percaya, bahwa Haruka akan membunuh ayahnya sendiri. Sambil sedih sedan, ibunya memarahi Haruka. Gadis semata wayang tersebut tidak menerima penghakiman ibunya. Lantas, dengan gerakan yang cepat, belati yang masih di tangan pun dihunuskannya ke ibunya. Bahkan berulang-ulang kali. Tubuh ibunya pun rebah di tanah.

Setelah tahu ayah dan ibunya tewas, Haruka tampak tidak menyesal. Kisah pembunuhan orang tuanya menjadi awal aksi pembunuhan-pembunuhab selanjutnya. Haruka jadi pembunuh berdarah dingin. Inilah bagian pertama dari pertunjukkan Haruka. Setelah itu, lampu padam dan tampak presenter menyapa penonton kembali. Kali ini mereka berada di bawah panggung. Presenter tersebut memberi waktu 15 menit untuk istirahat.

Pada bagian kedua, Haruka merindukan Kamiko. Perasaan Haruka bukan lagi sekadar seorang sahabat. Lebih dari itu, Haruka telah menganggap Kamiko sebagai seoang kekasih. Kesendiriannya sebagai anak tunggal dan perlakuan intimidasi yang sering diterima dari sang ayah, membuat psikis Haruka labil. Dia merasa bersama Kamiko, Haruka merasa nyaman. HAruka pun jatuh hati pada Kamiko, perempuan yang pertama sekali ditemuinay di taman.

Haruka bertemu lagi dengan Kamiko di taman. Saat itu Kamiko mengatakan pada Haruka bahwa dirinya akan menikah dengan Yoshihiko Watanabe. Tentu hati Haruka bergejolak. Perempuan yang dicintainya harus dirampas oleh orang lain.

Tak lama, tunangan Kamiko, Yoshihiko datang bersama pengawalnya. Tampak aroma kecemburuan di wajah Haruka. Yoshihiko mengajak Kamiko, kembali ke Istana. Kemesraan mereka di taman, harus diganggu oleh tunangan Kamiko. Raut wajah Haruka tampak runyam, saat Yoshihiko mengajak Kamiko pulang.

Suatu malam, sepulang Yoshihiko dari rumah bordir, tiba-tiba Haruka menghampiri Yoshihiko dan dua pengawalnya. Saat itu, Haruka berlari dan langsung memeluk Yoshihiko. Haruka mengatakan bahwa dia dikejar-kejar orang tak dikenal.

Lalu, Yoshihiko menyuruh dua pengawalnya untuk memeriksa dan menangkap orang tersebut. Ternyata, Haruka menipu Yoshihiko. Tidak ada satupun orang yang mengejar Haruka. Dia mengalihkan konsentrasi pengawalnya. Saat itulah, Haruko beraksi. Dia menghunuskan belatinya, ke perut Yoshihiko. Seketika tunangan Kamiko tersebut tewas.

Dua pasukan tersebut kembali dan melihat, tuannya telah tewas. Tak terima dengan aksi Haruka, kedua pengawal tersebut langsung mengayunkan tombaknya. Belum lagi sempat menghunuskannya, Haruka sudah duluan menusukan belatinya ke kedua pengawal tersebut dengan cepat. Sama seperti tuannya, kedua pengawal tersebut pun tewas. Korban pembunuhan Haruka, semakin banyak.

Kamiko dan Haruka kembali bertemu di taman. Kamiko bercerita tentang kepedihannya akibat kematian tunangannya. Kamiko belum tahu saat itu, kalau pembunuh tunangannya adalah Haruka. Di tengah-tengah kepedihan Kamiko, Haruka hadir menjadi sosok pendamping. Dielusnya rambut Kamiko yang hitam dan panjang. Saat itu, Haruka merasakan kebahagian yang luar biasa karean bisa berada di dekat Kamiko.

Saat asyik bermesraan, ayah kamiko datang bersama ibu kamiko dan dua pengawal. Ayah kamiko memarahi kamiko karean bermain ke taman di tengah kemisteriusan kematian tunangannya. Mirip seperti ayah Haruka, ayah Kamiko pun galak. Kamiko dimarahi di depan Haruka. Tanpa bisa mengelak, Kamiko ditarik paksa sang ayah untuk kembali ke istana.

Haruka yang tidak tahan dengan kesendiriannya akhirnya menghampiri rumah Kamiko. Namun, Haruka mendapat hambatan. Di depan pintu istana, Haruka harus berhadapan dengan dua penjaga istana yang menggenggam tombak. Haruka tidak diperbolehkan menemui Kamiko. Di samping itu, Haruka mendengar dua orang perempuan menggunjingnya. Emosi Haruka naik. Dengan belati warisan tersebut, Haruka menghabisi nyawa dua perempuan tersebut,

1411554125564177835 
my doc. Haruka ditahan pengawal

Serasa kepalang tanggung, Haruka nekad menghampiri rumah Kamiko kembali. Dia pun akhirnya masuk ke istana setelah membunuh kedua pasukan penjaga dengan belatinya. Ketika di dalam Haruka sempat bertarung dengan ayah Kamiko. Setelah itu mereka kembali keluar istana. Di luar istana, ayah dan ibu Kamiko dibunuh secara membabi-buta,

Setelah orang tuanya tersungkur, Kamiko keluar istana. Dia melihat mayat-mayat berserakan di luar rumahnya. Kamiko bahkan sempat menyaksikan, Haruka menusuk-nusuk belatinya beberapa kali ke perut ibunya. Kamiko pun marah kepada Haruka. Tetapi Haruka mengatakan bahwa aksi ini dilakukan karena Haruka mencintai Kamiko.

Sebaliknya, Kamiko menganggap Haruka mempunyai kelainan. Kamiko berlari menghindari Haruka. Tiba-tiba Haruka mengayunkan belatinya, dan mengenai Kamiko. Lalu, Kamiko pun tersungkur. Haruka sadar, kalau dia telah membunuh Kamiko. Dia menangisi jasad Kamiko. Karena merasa bersalah, Haruka pun menajamkan Tanto tersebut ke perutnya sendiri. Haruka pun tersungkur persis di samping jasad Kamiko.

***

Teater ini mengisahkan tentang seorang putri istana yang mendapat tekanan dari ayahnya sehingga memiliki kepribadiaan yang labil. Sampai-sampai Haruka menyukai sesama jenisnya. Selain itu, dengan tanto warisan, dia menjadi pembunuh berdarah dingin. Demi kehendak bersama Kamiko, Haruka rela membunuh siapa saja yang menghalanginya mendekati Kamiko.

Pertunjukkan Haruka, inign berpesan bahwa hasil didikan anak yang sering diintimidasi oleh orang tua, akan mempengaruhi karakter dan psikis anak. Selain itu, kehidupan sosial budaya masyarakat timur saat ini masih kental dengan diskriminasi gender. Anak laki-laki dalam satu keluarga masih lebih penting dibandingkan anak perempuan. Pesan lainnya, sutradara ingin menyampaikan bahwa semakin maraknya cinta sejenis yang sering menjadi kontroversi.

Pertunjukaan ini mengambil dimensi waktu zaman kerajaan Jepang dan berlokasi di Jepang. Meskipun sedikit klise, namun para aktor yang kebanyakan adalah mahasiswa sastra epang UI ini telah berhasil membuat perasaan penonton campur aduk. Apalagi ini adalah pemetasan perdana mereka, alhasil cukup baik. Persiapannya pun tidak tanggung-tanggung. Pihak produksi harus merogoh angka puluhan juta untuk mempersiapkan pertunjukan ini.

Di tengah hegemoni Jepangnya, pertunjukkan yang berdurasi dua jam ini memiliki beberapa catatan, diantaranya, pencahayaan yang kurang baik, distorsi musik panggung dan bloking para pemain yang acak-acakan. Ditambah lagi, beberapa artikulasi aktor terdengar tidak jelas. Well, overall, sebagai pementasan perdana, Haruka, cukup menghibur. Properti yang digunakan cukup mewakili kehidupan dan budaya Jepangnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.