SELAMAT DATANG SOBAT !!!! Terimakasih telah berkunjung ke ABADIORKES

1.14.2014

Pemimpin Tanpa Urat Malu

Sudah barang tentu pendidikan yang tinggi akan meningkatkan nilai kesadaran seseorang, seperti mengakui kegagalan dan malu berbuat kesalahan. Dengan begitu kemanusiawian akan lebih dihargai. TETAPI YANG TERLIHAT SEKARANG ADALAH ORANG-ORANG YANG MENGAKU BERPENDIDIKAN TINGGI TIDAK MEMILIKI NILAI KESADARAN TERSEBUT. Banyak orang tidak berani mengakui kegagalan tak terkecuali orang berpendidikan tinggi seperti pemimpin-pemimpin yang ada di Indonesia. Meski pernah gagal dan melakukan kesalahan, namun tetap berhasrat untuk menjadi pemimpin.


Tahun 2014 akan diadakan hajatan terbesar di republik ini. Indonesia 5 tahun ke depan akan ditentukan di pertengahan tahun ini. Masyarakat akan menggunakan haknya untuk memilih pemimpin sebagai manifestasi demokrasi itu sendiri. Kita kembali akan menentukan pemimpin-pemimpin baik di lembaga legislatif maupun eksekutif yang akan menjalankan roda pemerintahan. Namun permasalahannya, ternyata ada beberapa tokoh merupakan orang yang pernah gagal dan pernah melakukan kesalahan. Lantas, dimana letak kesadaran orang ini? Sebagai manusia berpendidikan, sudah sejatinya mereka memiliki urat malu untuk kembali meminta kepercayaan masyarakat.

Ada yang menarik tentang nilai-nilai kesadaran dari pemimpin-pemimpin di beberapa negara lain. Seperti contoh, berita yang masih terngiang di benak kita saat 512 anggota parlemen (DPRD-nya Indonesia) kota Hengyang di provinsi Hunan, Cina berani mengundurkan diri karena terjerat kasus skandal kecurangan pemilu. Di Ceko, Perdana Menteri Petr Necas mengundurkan diri karena orang terdekatnya Jana Magyova terlibat kasus penyuapan anggota parlemen. Selain berani mengakui kesalahan, mereka juga masih memiliki urat malu sehingga memutuskan mundur dari amanah yang telah dipercayakan kepada mereka. Mereka mengakui kegagalan tanggung jawab. Sementara pemimpin kita, meski telah gagal dan berbuat kesalahan, namun tidak malu kembali maju meminta kepercayaan dari masyarakat untuk menjalankan amanah.

Nilai kesadaran dari pemimpin-pemimpin yang pernah gagal tersebut sangat rendah. Mereka tidak bercermin pada pengalaman yang mereka lakukan. Sepertinya, urat malu mereka telah putus. Padahal, sudah sepantasnya mereka sadar bahwa kepercayaan yang dulu telah diberkan oleh masyarakat telah dirusak. Lalu, mengapa masih berkehendak dan bernafsu memintah kepercayaan dan amanah masyarakat?

Ternyata pendidikan yang tinggi belum menjamin tingkat nilai kesadaran seseorang di negeri ini. Urat malu yang seharusnya muncul malahan telah hilang. Seolah-olah orang-orang yang ingin kembali menjalankan pemerintahan, tidak merasa kalau mereka pernah gagal dan melakukan kesalahan. Oleh karena itu, di pesta rakyat nanti, masyarakat harus lebih analitik, cerdas dan arif untuk menggunakan haknya dan memberi kepercayaannya kepada orang yang akan memimpin bangsa ini ke depan. Masyarakat perlu khawatir dan waspada pada orang-orang yang memiliki pengalaman gagal. Lebih lanjut, masyarakat diharapakan tidak mudah tergoda oleh janji manis dan keuntungan pragmatis, karena hal ini akan membuat kondisi bangsa semakin berantakan.

Semoga pada pesta rakyat ke depan, masyarakat dapat menggunakan haknya dengan tepat, memilih pemimpin-pemimpin legislatif dan eksekutif yang representatif dan telah terbukti. Dengan begitu, akan muncul harapan baru untuk bangsa kita. Harapan bersama untuk Indonesia yang lebih baik.[]

2 komentar:

  1. kak setuju banget, merinding baca tentang pengunduran2 diri di negara lain. jadi malu sendiri._. orang yang belum ngerti politik aja tau kudunya harus gimana kalau jadi mereka,

    semoga besok bener2 ada yang layak di pilih ^^9

    BalasHapus
  2. Amin....semoga pemimpin yang terpilih lebih amanah. Terimakasih Ratri Sekar uda mampir ke blog abadiorkes :)

    BalasHapus

Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.