Sudah barang tentu pendidikan yang tinggi akan meningkatkan
nilai kesadaran seseorang, seperti mengakui kegagalan dan malu berbuat
kesalahan. Dengan begitu kemanusiawian akan lebih dihargai. TETAPI YANG TERLIHAT SEKARANG ADALAH ORANG-ORANG
YANG MENGAKU BERPENDIDIKAN TINGGI TIDAK MEMILIKI NILAI KESADARAN TERSEBUT. Banyak
orang tidak berani mengakui kegagalan tak terkecuali orang berpendidikan tinggi
seperti pemimpin-pemimpin yang ada di Indonesia. Meski pernah gagal dan
melakukan kesalahan, namun tetap berhasrat untuk menjadi pemimpin.
Tahun 2014 akan diadakan hajatan terbesar di republik ini.
Indonesia 5 tahun ke depan akan ditentukan di pertengahan tahun ini. Masyarakat
akan menggunakan haknya untuk memilih pemimpin sebagai manifestasi demokrasi
itu sendiri. Kita kembali akan menentukan pemimpin-pemimpin baik di lembaga
legislatif maupun eksekutif yang akan menjalankan roda pemerintahan. Namun
permasalahannya, ternyata ada beberapa tokoh merupakan orang yang pernah gagal
dan pernah melakukan kesalahan. Lantas, dimana letak kesadaran orang ini?
Sebagai manusia berpendidikan, sudah sejatinya mereka memiliki urat malu untuk
kembali meminta kepercayaan masyarakat.
Ada yang menarik tentang nilai-nilai kesadaran dari
pemimpin-pemimpin di beberapa negara lain. Seperti contoh, berita yang masih
terngiang di benak kita saat 512 anggota parlemen (DPRD-nya Indonesia) kota
Hengyang di provinsi Hunan, Cina berani mengundurkan diri karena terjerat kasus
skandal kecurangan pemilu. Di Ceko, Perdana Menteri Petr Necas mengundurkan
diri karena orang terdekatnya Jana Magyova terlibat kasus penyuapan anggota
parlemen. Selain berani mengakui kesalahan, mereka juga masih memiliki urat
malu sehingga memutuskan mundur dari amanah yang telah dipercayakan kepada
mereka. Mereka mengakui kegagalan tanggung jawab. Sementara pemimpin kita,
meski telah gagal dan berbuat kesalahan, namun tidak malu kembali maju meminta
kepercayaan dari masyarakat untuk menjalankan amanah.
Nilai kesadaran dari pemimpin-pemimpin yang pernah gagal tersebut
sangat rendah. Mereka tidak bercermin pada pengalaman yang mereka lakukan.
Sepertinya, urat malu mereka telah putus. Padahal, sudah sepantasnya mereka
sadar bahwa kepercayaan yang dulu telah diberkan oleh masyarakat telah dirusak.
Lalu, mengapa masih berkehendak dan bernafsu memintah kepercayaan dan amanah
masyarakat?
Ternyata pendidikan yang tinggi belum menjamin tingkat nilai
kesadaran seseorang di negeri ini. Urat malu yang seharusnya muncul malahan
telah hilang. Seolah-olah orang-orang yang ingin kembali menjalankan
pemerintahan, tidak merasa kalau mereka pernah gagal dan melakukan kesalahan. Oleh
karena itu, di pesta rakyat nanti, masyarakat harus lebih analitik, cerdas dan
arif untuk menggunakan haknya dan memberi kepercayaannya kepada orang yang akan
memimpin bangsa ini ke depan. Masyarakat perlu khawatir dan waspada pada
orang-orang yang memiliki pengalaman gagal. Lebih lanjut, masyarakat
diharapakan tidak mudah tergoda oleh janji manis dan keuntungan pragmatis, karena
hal ini akan membuat kondisi bangsa semakin berantakan.
kak setuju banget, merinding baca tentang pengunduran2 diri di negara lain. jadi malu sendiri._. orang yang belum ngerti politik aja tau kudunya harus gimana kalau jadi mereka,
BalasHapussemoga besok bener2 ada yang layak di pilih ^^9
Amin....semoga pemimpin yang terpilih lebih amanah. Terimakasih Ratri Sekar uda mampir ke blog abadiorkes :)
BalasHapus