SELAMAT DATANG SOBAT !!!! Terimakasih telah berkunjung ke ABADIORKES

1.09.2014

Membangkitkan kembali Superior Nusantara

Sejak belajar sejarah Indonesia ketika duduk di bangku SMP sampai sekarang, rasa-rasanya pilu hati ini melihat kondisi Indonesia di penghujung tahun 2013. Betapa tidak, sedari zaman kerajaan Majapahit dan Sriwijaya, superior Nusantara sangat progresif. Negara-negara yang kita anggap sebagai negara tetangga, seperti Papua Nugini, Brunei Darusalam, Singapura dan sebagian kawasan negara Malaysia, dulunya merupakan bagian dari Nusantara. Belum lagi, di masa orde lama, betapa gagahnya negara kita di mata dunia dan PBB. Negara yang baru merdeka, mencoba menguasai dunia. Itulah visi di zaman orde lama. Soekarno dengan frontal menarik simpati Asia-Afrika sehingga ingin menggagas badan bentukan setara PBB untuk wilayah Asia-Afrika. Walaupun sebelum terbentuk, Soekarno harus lengser dan mangkat duluan.  Sementara dewasa ini, kredit superior hanya tinggal abu kenangan. Kisah Indonesia sebagai negara Nusantara yang superior pun kandas. Lalu, bisakah sejarah tersebut terulang?


Saat ini kita membutuhkan Indonesia baru dengan semangat Jas Merah (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Indonesia baru itu bukan Indonesia yang berlindung di payung neoliberalisme. Indonesia baru itu adalah Indonesia yang bangun dari tidur karena Indonesia punya historis besar, punya segalanya yang membuat Indonesia seharusnya menjadi lebih baik dari sekarang. Kontradiktif sketsa Nusantara saat ini dibandingkan dengan wajah Indonesia silam, menimbulkan fakta bahwa Indonesia sedang terbaring sakit. Oleh karena itu, jalan menuju Indoneia Baru yang lebih baik adalah membangkitkan kembali superior Nusantara seperti yang pernah ada dahulu.

Menilik sejarah perjalanan kerajaan Sriwajaya yang menguasai Nusantara merupakan salah satu bukti tentang superior Nusantara. Sriwijaya berperan penting dalam perdagangan  Asia pada zaman pertengahan, selama lebih 500 tahun (Wolters, O.W., 1965:1). Sriwijaya bahkan menjadi pusat perdagangan. Pada tahun 775 M, setiap penguasa Sriwijaya disebut sebagai “Raja yang Dipertuan dari Sriwijaya”, konon merupakan raja tertinggi di atas semua raja yang ada di bumi. Kerajaan beraliran Buddha ini begitu superiornya di waktu zaman pertengahan milenium pertama. Sementara, realitas Indonesia sekarang sebaliknya, justru menjadi pusat tong sampah konsumerisme dan menjadi pasar negara-negara trade center.

Setelah Sriwijaya rapuh dan pengaruhnya pudar, kembali muncul kerajaan Majapahit yang pada puncaknya menyebut Nusantara sebagai daerah kekuasaan Majapahit. Bahkan Gajah Mada yang merupakan mahapatih Majapahit, memproklamasikan Sumpah Palapa, bukan sembarang sumpah karena merupakan tekad dan impian untuk menyatukan seluruh kerajaan yang ada di kawasan Malaka dan sebagian negara timur (Asia Tenggara sekarang). Impian ini bukan tanpa alasan, karena memang pada saat itu kejayaan Majapahit sangat luas dan hebat. Berkaca dari superior Majapahit, apakah Indonesia bisa mendulang seperti itu?

Begitu banyak catatan sejarah yang menampilkan superior Indonesia meskipun kini garuda sudah rapuh dan tak gagah lagi. Putar-balik kondisi bangsa yang sekrang ini lebih disebabkan pada ketiadaan kebijakan-kebijakan yang berdasarkan pondasi dan ideologi bangsa. Kebijakan pemerintah sekarang terlalu sarat kepentingan dan bersifat temporer. Oleh karena itu tidak salah jika kalmat “ganti pemimpin ganti kebijakan” bukan sekedar guyonan melainkan telah menjadi karakter setiap pemimpin negara kita. Padahal jika ingin menciptakan negara yang maju dan beradab, mesti berkelanjutan bukan terpatah-patah, seperti yang terjadi di Indonesia beberapa dekade terakhir khususnya pasca reformasi.

Tahun 2014 adalah tahun penentu nasib bangsa Indonesia karena di pertengahan tahun 2014 seperti yang direncanakan oleh pemerintah, akan digelar pesta rakyat untuk memilih pemimpin-pemimpin bangsa. Kalau proses dan hasil pemilihan tidak baik, bisa dipastikan kondisi dan masa depan negara kita juga akan semakin memburuk. Maka dari itu, sebagai suatu resolusi bersama tentang perbaikan bangsa, saya berharap di tahun 2014 Indonesia bisa lebih baik. Dan itu bisa diwujudkan dengan membangkitkan semangat superior bangsa Indonesia dengan kembali mengingat dan mengilhami sejarah serta ideologi bangsa. Adanya semangat ini di dalam jiwa kita akan membentuk karakter serta budaya bangsa yang relevan, seperti sikap nasionalisme, toleran, negarawan, dan ramah. Karakter-karakter ini adalah kearifan lokal bangsa yang telah menjadi jati diri Indonesia[].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.