Gbr. Lambang Gender Male
Jumat
12 Januari 2014, Kompas merilis berita sains tentang hasil penelitian Jenny
Grave[1] yang menyatakan
bahwa kromosom Y akan punah dalam 5 juta tahun. Itu artinya di masa depan bumi
akan dihuni oleh para kaum wanita. Itulah tafsir awal saya ketika mengamati
setiap kalimat yang ada di artikel tersebut. Sebagai kaum adam, saya merasa
berita ini menjadi penting. Lalu perlu dicermati juga, jika kaum pria punah,
maka lambat laun, kehidupan manusia juga akan punah.
Sebelum
berbicara tentang kepunahan pria, kita perlu mengamati tentang kuantitas
manusia berdasarkan gender. Pada dasarnya jumlah wanita yang menghuni bumi
lebih banyak pria ketimbang wanita. Dari data statisik, ternyata perbandingan
pria dan wanita yang diperoleh dari data statistik PBB tahun 2013 adalah 1000
(male) : 960 (female). Dari data ini digambarkan bahwa kuantitas pria dan
wanita hampir sama. Itu artinya sulit menerima hipotesa dari Jenny Grave
tentang kepunahan pria.
Penyebab
pria lebih banyak daripada wanita disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah
perbedaan sperma yang mengandung kromosom X dan kromosom Y. Pada dasarnya kedua
jenis sperma ini memiliki ukuran dan kecepatan yang berbeda. Seperti yang kita
ketahui bersama, setiap sel di dalam tubuh pria mengandung kromosom kelamin
(genosom) XY sementara wanita bergenosom XX. Sel tubuh yang terletak di
kelenjar kelamin pria adalah spermagonium sementara wanita adalah oogonim.
Kedua gametangium ini akan melakukan pembelahan secara meiosis. Proses
pembelahan ini akhirnya akan menghasilkan sel-sel kelamin.
Gbr. Pembelahan Meiosis sel gamer sperma dan ovum
Pada
pria sel sperma akan memiliki satu genosom X atau Y yang peluangnya 1:1.
Sedangkan genosom pada sel telur akan mengandung genosom X pada setiap selnya.
Namun jika melihat perbandingan ini perbandingan kuantitas pria dan wanita
seharusnya sama. Tetapi lantaran fakor ukuran dan kecepatan pada sperma
bergenosom X dan Y berbeda, sehingga hal inilah yang membuat persentase
kuantitas pria dan wanita berbeda.
Dari
teori yang diperoleh, bahwa struktur sperma bergenosom Y lebih ramping dan
kurus. Hal ini menyebabkan sperma genosom
Y lebih cepat berenang menghampiri sel telur ketimbang sperma bergenosom
X. Alhasil, dari peleburan sperma bergenosom Y dan ovum bergenosom X, akan
menghasilkan zigot bergenosom XY, nantinya akan tumbuh menjadi manusia berjenis
kelamin pria. Oleh karena itu, dengan struktur sperma bergenosom Y yang gesit,
menyebabkan lebih banyak manusia berjenis kelamin pria lahir dibandingkan
wanita.
Dari
gambar dapat dijelaskan bahwa kemampuan kromosom X menyimpan gen-gen lebih
banyak karena memiliki kapasitas 154 Mb ketimbang kromosom Y yang hanya 50 Mb.
Kemungkinan struktur tubuh dan kecepatan sperma genosom Y dapat berubah
diakibatkan karena genosom Y tidak melakukan rekombinan (95% kromosom Y adalah
non-rekombinan) dan diversitasi gen. Teori genetika menyatakan bahwa hanya
kromosom laki-laki yaitu kromosom Y, merupakan satu-satunya kromosom yang tidak
memiliki pasangan. Kromosom yang tidak memiliki pasangan, akan sulit melakukan
rekombinasi gen, sehingga ketika terkena mutasi gen (point mutation) atau
mutasi kromosom (gross mutation), kromosom Y akan terus mengalami penyusutan.
Hal ini terbukti, ternyata dahulu kromosom Y memiliki ukuran yang sama besarnya
dengan kromosom X. Matt Ridley mencatat dalam bukunya yang berjudul Genom bahwa
kromosom-kromosom di dalam sel akan selalu mengalami kompetisi dan evolusi (Interlocus Contest Evolution), sehingga
kromosom Y akan mengalami pengerosian mutu genetik[2].
Selain
penyusutan kromosom Y, ternyata gejala kepunahan kromosom Y dapat dilihat dari
munculnya sindrom Turner[3].
Awalnya hipotesa terjadinya sindrom ini dikarena proses non-disjungsi kromosom
X. Namun belakangan muncul dugaan kalau sindrom ini terjadi karena kromosom Y bermutasi
lalu gen-gennya tidak dapat menyandikan sifat maskulinitas sehingga susunan
kromosom menjadi 44A + XO. Kelainan genetik ini menyebabkan wujud perempuan
seperti laki-laki, kehilangan sifat keperempuanannya seperti ukuran payudara
tidak tumbuh, tidak ada uterus dan ovarium, dan steril (mandul).
Namun
menurut riset Melissa Wilson Sayres[4]
penyusutan tidak akan mempengaruhi eksistensi kromsom Y karena kromosom
tersebut telah mengalami seleksi alam bertahun-tahun, sehingga kalau mau
hilang, sudah sejak dahulu kromosom Y punah. Perdebatan panjang mengenai status
dan eksistensi kromosom Y pun menjadi menarik diperdebatkan sampai sekarang.
Walaupun
dewasa ini kromosom Y dapat bertahan dari mutasi, namun ke depan dengan
berbagai faktor yang unpredictable,
kromosom Y bisa bermutasi karena tidak memiliki pasangan kromosom sehingga memungkinkan
terjadi degenarasi genosom Y. Sementara genosom X memiliki pasangan, memungkinkannya
dapat bertahan dari mutasi. Salah satu dampak logis dari ketiadaan rekombinasi
gen pada genosom Y adalah penurunan kecepatan dan perubahan struktur sperma
bergenosom Y. Dampaknya akan membuat sperma genosom Y tidak akan bertahan lama
dan kecepatannya mengalami penurunan. Dan jika itu sampai terjadi, tidak bisa
dipungkiri, lama-kelamaan manusia berjenis kelamin pria akan sulit lahir.
Maka
dari itu, hal sederhana untuk mengatasi permasalahan kepunahan laki-laki adalah
menghindari hal-hal yang dapat menebabkan mutasi pada kromosom Y. Adapun faktor
mutasi yang mesti dihindari adalah faktor biologis, seperti virus dan bakteri,
faktor kimia berupa zat-zat kimia yang terdapat di dalam makanan seperti Msg
dan Natrium Nitrit, serta faktor fisika berupa sinar X dan Ultra violet.
Meskipun
tidak bisa dipungkiri bahwa riskan terjadi mutasi di setiap kromosom termasuk
genosom Y, yang dapat menyebabkan kepunahan kaum pria, kita juga tidak boleh
lupa bahwa, jika kaum adam punah, secara perlahan juga manusia akan punah.
Karena pada dasarnya, seorang manusia berasal dari perkawinan antara pria dan
wanita. Karena sejatinya jika genosom Y hilang dan pria punah, apakah wanita
bisa melahirkan?
__________________________
Catatan Kaki:
[1]
Profesor University of Melbourne, Australia ini lahir di kota Adelaide.
Menamatkan sarjana dan master sains di Universitas Adelaide. Kemudian
melanjutkan studi PhD di Universitas California, Berkeley.
[2]
Ridley Matt. 2005. Genom. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. hlm.120
[3]
Sindrom Turner pertama sekali ditemukan oleh seorang ahli kelenjar
(endokrinologist) bernama Dr. Henry Turner pada tahun 1938 di Oklahama City.
Sindrom ini salah satu kecacatan yang disebabkan oleh mutasi.
[4] Pakar biologi evolusi University of California,
Barkeley. Pemilik akun @mwilsonsayres ini aktif bekerja dalam mengartikan
evolusi kromosom sex (genosom).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.