sumber: Liputan6.com
BBM memang berita yang laris. Tidak saja jadi objek, sekarang dia juga jadi subjek. Lihat saja peristiwa di Bintaro. Bagaimana BBM telah membasahi wajah keluarga korban peristiwa Bintaro dengan air mata. Satu gerbong terarang, terbakar ganasnya api BBM yang mengalirkan telaga air mata dan berita duka di ibukota.
Pernah suatu kali, saya punya pengalaman yang kurang enak dengan mobil pengangkut BBM. Peristiwa itu terjadi ketika saya melintasi jalan Bypass, hendak pulang ke kosan. Saat itu saya masih mahasiswa dan tinggal di Bandarlampung. Kejadian tersebut terjadi siang hari. Truk pengangkut BBM tersebut hampir saja menyenggol sepeda motor yang saya bawa. Tidak tahu apakah tangki yang diangkutnya itu sedang berisi BBM atau tidak. Truk Pertamina itu melaju kencang. Andai saja stang sepeda motor tidak saya elakkan ke kiri jalan, bisa saja sepeda motor yang saya bawa terjatuh. Lebih dari itu, karena lokasinya di jalan Bypass, kemungkinan digilas oleh pengendara lainnya dari belakang cukup tinggi.
Di momen yang lain, saya pernah melihat mobil pengangkut BBM melaju ngebut di jalanan. Lebih tepatnya bisa dibilang, mobil pengangkut BBM itu menganggap ‘jalanan seperti punya bapaknya’. Padahal kalau saat itu truk tersebut menabrak sesuatu, bukan saja peristiwa kecelakaan yang terjadi, lebih lanjut bisa menyebabkan ledakan dan kebakaran. Walaupun tidak terjadi kecelakaan, namun mobil bertangki itu cukup meresahkan para pengendara.
Kelakuan truk pengangkut BBM di jalanan memang sering mengundang kekesalan bagi pengendara lain. Padahal yang diangkut oleh truk ini adalah bahan yang mudah meledak. Oleh karena itu seharusnya truk pembawa BBM bisa lebih berhati-hati membawa bahan-bahan yang mudah meledak.
Ledakan BBM
BBM memang sering meledak di negara kita. Munculnya kasus SKK migas sempat meledak karena akhirnya tercium juga anyir korupsinya. Kemudian BBM yang juga sering meledak lantaran harganya naik terus dan semakin meggantung leher masyarakat. Untuk kasus SKK migas, pemerintah masih belum bisa menyelesaikan ledakan korupsi itu. Sementara harga BBM, tiap tahunnya mengalami ledakan kenaikan.
BBM adalah sumber daya alam yang melimpah ruah di Indonesia. Tetapi saat ini BBM tidak membawa keuntungan yang signifikan untuk mensejahterahkan masyarakat. Sebaliknya, BBM justru menjadi ancaman karena riskan meledak. Oleh karena itu, sesuatu yang kita anggap sebagai sumber daya, kekayaan, ataupun barang berharga lainnya, yang seharusnya digunakan untuk mensejahterahkan, kadang-kadang justru menjadi ancaman bagi kita.
Negara kita memiliki kekayaan yang melimpah ruah, namun bukan untuk kesejahteraan masyarakat, melainkan menjadi ancaman bencana. Lumpur Lapindo, longsor, banjir dimana-mana, dan Global Warming yang semakin tinggi, adalah contoh bencana yang seharusnya menseahterahkan masyarakat. Hal ini terjadi karena adanya pengeksplotasian semakin masif dan ketidakbijakan mengelolah sumber daya alam. Kekayaan seharusnya perlu digunakan dengan bijak agar tidak menjadi bencana. Hanya saja kita bukan orang-orang bijak untuk bisa menggunakan kekayaan itu. Oleh karena itu, sebelum kekayaan kita menghancurkan kita sendiri, kita harus menjadi bijak. Dan untuk menjadi bijak dibutuhkan proses pendidikan, baik pendidikan formal, informal, atapun pendidikan berbasis pembelajaran pengalaman.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.