SELAMAT DATANG SOBAT !!!! Terimakasih telah berkunjung ke ABADIORKES

12.23.2013

Film Soekarno, Ibu Proklamasi dan Hari Ibu

Buat: Inggit Garnasih

Gbr. 1 Pintu masuk XXI Plaza Senayan

Jumat, 20 Desember 2013, saya bersama rekan-rekan PP GMKI mendapat undangan dari Bang Maruarar Sirait, politisi PDIP untuk menonton Film Soekarno. Selain dari GMKI, beberapa rekan OKP juga ikut dalam acara nonton bareng di XXI Plaza Senayan. Gedung yang sangat Lux itu menjadi tujuan hiburan orang-orang gedongan. Itu terlihat dari style visitor gedung elegan tersebut. Selain mendapat tiket gratis menonton Film Soekarno, kami juga mendapat kupon snack. Kami masuk ke studio 3 tepat ketika film dimulai. Diawali dengan menyanyikan Indonesia Raya, lalu cerita tentang Soekarno dimulai. Para penonton serius menyaksikan film sejarah tersebu. Film diakhiri dengan scene pembacaan teks proklamasi dengan suara asli Soekarno.


 Gbr. 2 Bungkus Snack yang diberikan panitia

Kalau mau jujur, tidak ada kejutan yang berarti ketika menonton film Soekarno, disebabkan karena saya sering mengkonsumsi bacaan tentang Soekarno. Pendapat yang sama juga terlontar dari rekan-rekan lainnya setelah saya tanya pada beberapa mereka tentang film memoar Soekarno tersebut. Film Soekarno juga tidak terlalu banyak menampilkan nilai-nilai perjuangan. Bahkan menurut perspektif saya, sudut pandang film ini lebih didominasi sudut pandang kehidupan pribadi dan asmara Soekarno sendiri. Keinginan produser (Ram Pujambi) dan suradara (Hanum B.) sepertinya lebih bermuara ke tujuan entertain ketimbang merangsang semangat revolusioner dan perjuangan bagi para penonton. Sah-sah saja memang, apalagi industri film memang selalu berorientasi pada profit dewasa ini. Hanya saja, amat disayangkan jika tapak tilas Bung Karno hanya dibuat menjadi bahan hiburan ketimbang membangkitkan kembali nilai perjuangan. Padahal media film (visual) sangat efektif menanamkan paradigma seseorang. Oleh karena itu, jika film soekarno bisa menampilkan hal-hal yang lebih segar dan tetap memperhatikan nilai perjuangannya, maka film ini bisa meningkatkan rasa nasionalisme bangsa secara efektif bahkan dapat digunakan menjadi rekomendasi pembelajaran bagi para pelajar kita untuk ditonton.

Gbr.3 Maruarar Sirait diwawancarai seusai menonton film

Selain penonjolan nilai entertainnya sehingga menumpulkan semangat perjuangan, film ini juga mendapat kritik dari keluarga Soekarno. Paling tidak ketika bertanya pada Produser film ini- ikut juga menonton dan mendampingi Maruarar Sirait- menyatakan bahwa ada dua hal utama yang dikritik oleh keluarga Soekarno. Pertama, pihak keluarga Soekarno mengatakan bahwa Soekarno tidak pernah dipukul oleh tentara Jepang apalagi yang melakukannya hanya tentara biasa. Sementara di film itu, Soekarno dipukul oleh tentara kroco ketika hendak menolong keturunan Tionghoa. Kedua, Soekarno tidak pernah melihat para wanita pribumi melayani nafsu bejat tentara dan palnglima Jepang di kantor pemerintahan Jepang. Sementara di film itu menmapilkan kalau Soekarno sering melihat kelakuan tentara dan panglima Jepang memperkosa dan menyiksa para pribumi khususnya wanita. Terlepas dari semua kritik yang ada, film ini berhasil menggambarkan ketegaran salah satu isteri Soekarno, yaitu Inggit Garnasih (Isteri Kedua Soekarno).

Inggit sangat berperan dalam karir perpolitikan Soekarno. Dalam setiap kesusahannya, Inggit selalu menemani Soekarno. Bahkan Inggit pulalah yang pernah menyuruh orang untuk mengirim bacaan dan informasi kepada Soekarno secara rutin di penjara, sehingga meski di terkungkung di dalam sel, Soekarno tetap bisa mendapatkan nutrisi ide dan informasi yang sering dituangkannya dalam tulisan. Bahkan dengan bacaan dan informasi itu, Soekarno berhasil menyusun pidatonya yang berjudul Indonesia Menggugat. Hanya saja Inggit tak bisa mendampingi Soekarno hingga detik-detik kemerdekaan Indonesia karena Inggit bercerai ketika Soekarno sedang berada di puncak karirnya politiknya.

Ibu yang tak melahirkan
Salahkan seorang isteri yang tak bisa melahirkan? Tak layakkah seorang isteri yang tak melahirkan, disebut ibu?

Sontak saja Soekarno senang bukan kepalang ketika Fatmawati melahirkan anak sekaligus anak perdana yang diberi nama Guntur Soekarno Putera. Anugerah yang telah dinanti, akhirnya datang bak mata air di tengah gurun. Setelah menikahi Fatmawati yang berbeda usia cukup jauh dari Soekarno, akhirnya setelah beberapa bulan Soekarno memiliki keturunan yang tidak bisa diberikan oleh Inggit. Namun apakah Inggit tidak dapat disebut seorang ibu?

Dalam film Soekarno, Inggit ditampakkan sangat sedih ketika Soekarno ternyata menaruh perhatian khusus pada Fatmawati. Sejak pengasingan mereka ke Bengkulu, sampai dibawa kembali ke Jawa, Soekarno masih saja memikirkan Fatmawati. Bahkan tidak jarang Soekarno dan Fatmawati sering berbalas surat. Memang harus diakui, selain berpidato, Soekarno juga ulung menulis surat. Sampai, surat antara mereka berdua terbaca oleh Inggit. Awalnya Inggit menolak dan menginterupsi kelakuan Soekarno. Namun akhirnya, Inggit mengalah dan meminta Soekarno menikahi Fatmawati karena Inggit tidak bisa memberi keturunan. Soekarno dan Inggit bercerai. Setelah itu Soekarno menikahi Fatmawati, ibu negara pertama penjahit sang saka merah putih.

Selain menjadi wanita yang mendukung karir perpolitikan Soekarno, Inggit juga wanita yang ksatria. Meski tak rela bercerai, namun dia juga tak rela dimadu. Prinsip yang sudah maju di zaman itu, memaksa dia lebih memilih bercerai dengan Soekarno. Padahal tak tanggung rasa cintanya pada proklamator itu. Inggit adalah sosok wanita Jawa yang berani untuk tidak dimadu meski wanita yang lebih tua 13 tahun dari Soekarno itu, telah menemani Soekarno hampir 20 tahun. Tidak bisa kita bayangkan nasib kemerdekaan Indonesia, andai saja sang proklamator, Soekarno tidak mendapat dukungan besar dari Inggit. Bukan melebihkan, namun jika boleh memilih, maka saya memilih wanita yang lahir tanggal 17 Februari 1888 itu menjadi isteri Soekarno yang paling berpengaruh pada zaman kemerdekaan.

Inggit Garnasih, mungkin tidak bisa memberikan keturunan kepada Soekarno, tak bisa mendampingi Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, tak bisa menjahit sang saka merah putih, dan tak bisa mendampingi kematiannya. Namun Inggit yang mengantarkan Soekarno menjadi pemimpin bangsa, mempersiapkannya menjadi proklamator. Itu artinya, Inggit juga telah turut serta mempersipakan kemerdekaan Indonesia meski di balik layar. Oleh karena itu, meski Inggit tidak bisa menghasilkan keturunan dari Soekarno, namun Inggit layak disebut ibu Proklamasi. Seorang wanita yang bukan saja setia mendampingi suaminya dalam suka dan duka, tetapi juga wanita yang membisikkan hal-hal yang resolutif kepada Soekarno.

Maka dari itu, di momentum hari ibu ini, saya ingin mengucpakan selamat hari ibu kepada Inggit Garnasih, Ibu proklamasi, yang berhasil menjadikan Soekarno muda menjadi ahli penarik simpati, penyambung lidah rakyat.[]


Bisa dibaca di Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.