Berkunjung ke Velodrome Sabtu sore, 23 November 2013, adalah aktivitas weekend yang menyenangkan. Tempat pelatihan olahraga yang terletak di Rawamangun Jakarta ini memang banyak dikunjungi masyarakat tiap akhir minggu. Sejak tahun 2011, pusat pelatihan olahraga khsusnya balap sepeda ini telah dibuka untuk umum. Dengan begitu, Velodrome dapat menjadi wadah pengembangan olahraga di Jakarta dan membuka pintu bagi masyarakat yang ingin mengembangkan bakat olahraganya, sehingga bisa menghasilkan atlet-atlet yang baik ke depan.
Fasilitas yang diresmikan oleh Ali
Sadikin (Gubernur DKI Jakarta tahun 1966-1977) pada 20 Maret 1973 ini memang memiliki
area yang luas. Selain gedung pelatihan balap sepeda, di dalamnya juga terdapat
lapangan futsal, sepakbola dan beberapa cabang olahraga lainnya. Velodrome pun
pernah menjadi tempat Sea Games XXVI 2011 ketika berlangsung di Indonesia. Dari
tempat ini telah banyak lahir bibit-bibit yang kelak akan menjadi atlet
kebanggaan bangsa.
Aku asyik saja menikmati Velodrome
di antara para keluarga yang menghabiskan akhir pekannya, anak-anak muda yang
bermain futsal, dan seorang nenek tua yang sibuk mengutip sampah plastik.
Velodrome ternyata tidak saja
menjadi tempat bagi para orang yang ingin mengembangkan minat olahraganya, di
tempat yang bersampingan dengan Kampus B UNJ ini juga hadir pemungut sampah
plastik. Pada sore itu, perempuan yang telah renta, berkeliling mengais-ngais dan
memungut botol-botol plastik bekas minuman orang yang bercecer di jalan.
Kehadirannya di sepanjang jalan mencari seonggok sampah plastik.
Para pengumpul sampah plastik
biasanya akan menjual plastik yang telah dikumpul ke tukang pengumpul sampah.
Mereka memang menampung sampah-sampah plastik, seperti bekas minuman. Biasanya
para pencari botol plastik, menjualnya per kilogram. Harga jual ke tokenya pun
berbeda-beda tiap daerah. Ada yang Rp. 5 ribu/kg, ada juga yang Rp.6 rb/kg.
Dengan harapan mendapat botol bekas
yang banyak, dia tabah pada karung goni yang disandang di pundak kanannya
sebagai tempat botol plastik yang dipungutnya. Perlahan, satu per satu botol
plastik masuk ke dalam karungnya. Satu yang pasti bahwa perempua paruh baya itu
tidak sedang olahraga. Dia mengelililingi jalanan velodrome hanya ingin mengisi
perut yang sering kosong atau barangkali membiayai anak-anaknya sekolah agar
bisa mengubah takdir keluarga.
Disamping kemeriahan akhir pekan di
Velodrome, ternyata ada pemandangan lirih yang tak bisa ditepis. Velodrome
menjadi tempat mengais rezeki bagi beberapa orang, termasuk ibu renta itu.
Setelah sejam menikmati velodrome dan berbagai dinamikanya, aku pulang dengan sepeda motor. Aku bayar parkir sebesar Rp. 2 ribu kepada petugas. Setelah itu aku keluar gerbang Velodrome untuk bersiap menikmati kembali macet Jakarta menuju tempat tinggal.
Setelah sejam menikmati velodrome dan berbagai dinamikanya, aku pulang dengan sepeda motor. Aku bayar parkir sebesar Rp. 2 ribu kepada petugas. Setelah itu aku keluar gerbang Velodrome untuk bersiap menikmati kembali macet Jakarta menuju tempat tinggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.