SELAMAT DATANG SOBAT !!!! Terimakasih telah berkunjung ke ABADIORKES

11.26.2013

Mengintip Velodrome


Berkunjung ke Velodrome Sabtu sore, 23 November 2013, adalah aktivitas weekend yang menyenangkan. Tempat pelatihan olahraga yang terletak di Rawamangun Jakarta ini memang banyak dikunjungi masyarakat tiap akhir minggu. Sejak tahun 2011, pusat pelatihan olahraga khsusnya balap sepeda ini telah dibuka untuk umum. Dengan begitu, Velodrome dapat menjadi wadah pengembangan olahraga di Jakarta dan membuka pintu bagi masyarakat yang ingin mengembangkan bakat olahraganya, sehingga bisa menghasilkan atlet-atlet yang baik ke depan.

Fasilitas yang diresmikan oleh Ali Sadikin (Gubernur DKI Jakarta tahun 1966-1977) pada 20 Maret 1973 ini memang memiliki area yang luas. Selain gedung pelatihan balap sepeda, di dalamnya juga terdapat lapangan futsal, sepakbola dan beberapa cabang olahraga lainnya. Velodrome pun pernah menjadi tempat Sea Games XXVI 2011 ketika berlangsung di Indonesia. Dari tempat ini telah banyak lahir bibit-bibit yang kelak akan menjadi atlet kebanggaan bangsa.

Aku asyik saja menikmati Velodrome di antara para keluarga yang menghabiskan akhir pekannya, anak-anak muda yang bermain futsal, dan seorang nenek tua yang sibuk mengutip sampah plastik.

Velodrome ternyata tidak saja menjadi tempat bagi para orang yang ingin mengembangkan minat olahraganya, di tempat yang bersampingan dengan Kampus B UNJ ini juga hadir pemungut sampah plastik. Pada sore itu, perempuan yang telah renta, berkeliling mengais-ngais dan memungut botol-botol plastik bekas minuman orang yang bercecer di jalan. Kehadirannya di sepanjang jalan mencari seonggok sampah plastik.

Para pengumpul sampah plastik biasanya akan menjual plastik yang telah dikumpul ke tukang pengumpul sampah. Mereka memang menampung sampah-sampah plastik, seperti bekas minuman. Biasanya para pencari botol plastik, menjualnya per kilogram. Harga jual ke tokenya pun berbeda-beda tiap daerah. Ada yang Rp. 5 ribu/kg, ada juga yang Rp.6 rb/kg.

Dengan harapan mendapat botol bekas yang banyak, dia tabah pada karung goni yang disandang di pundak kanannya sebagai tempat botol plastik yang dipungutnya. Perlahan, satu per satu botol plastik masuk ke dalam karungnya. Satu yang pasti bahwa perempua paruh baya itu tidak sedang olahraga. Dia mengelililingi jalanan velodrome hanya ingin mengisi perut yang sering kosong atau barangkali membiayai anak-anaknya sekolah agar bisa mengubah takdir keluarga.

Disamping kemeriahan akhir pekan di Velodrome, ternyata ada pemandangan lirih yang tak bisa ditepis. Velodrome menjadi tempat mengais rezeki bagi beberapa orang, termasuk ibu renta itu.

Setelah sejam menikmati velodrome dan berbagai dinamikanya, aku pulang dengan sepeda motor. Aku bayar parkir sebesar Rp. 2 ribu kepada petugas. Setelah itu aku keluar gerbang Velodrome untuk bersiap menikmati kembali macet Jakarta menuju tempat tinggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.