
Oleh:
M.
ZEKI CHANDRA
071211910066
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan sekolah
merupakan hak bagi setiap
warna negara Indonesia. Hal ini telah dijamin dalam UU RI nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan Nasional (2003: 8) yaitu
“setiap warga negara mempunyai
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Oleh
karena itu, setiap warga negara betul-betul memanfaatkan
lembaga pendidikan sekolah
untuk belajar secara kreatif sebagai bekal untuk masa depannya yang lebih
baik, karena lembaga pendidikan formal merupakan lembaga pembinaan sumber
daya manusia dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah
dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional memberikan perhatian sangat besar
khususnya pada lembaga-lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai
tingkat tinggi. Kerja keras pemerintah dalam menangani pendidikan dapat kita
lihat dari beberapa segi diantaranya pembangunan dan perbaikan sarana dan
parasarana pendidikan, peningkatan pengetahuan keetrampilan tenaga pendidik,
penyesuaian kurikulum, perbaikan metode dan proses belajar mengajar dan
lain-lain. Usaha tersebut diharapkan dapat menunjang tercapainya tujuan belajar
mengajar secra maksimal yang beroriantasi pada peningkatan prestasi belajar
peserta didik, sehingga dapat menjadi tolak ukur dalam peningkatan kualitas
pendidikan sehingga mampu mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut, termasuk didalamnya bidang pendidikan, maka pendidikan IPS sebagai
salah satu program pendidikan diharapkan dapat membina dan menyiapkan peserta
didik sebagai warga negara yang baik dan memasyarakat. Pendidikan IPS
diharapkan mampu mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat
sehingga mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan dalam melakoni kehidupan
di masyarakat, sehingga IPS perlu diajarkan dengan baik sejak SD sampai
Perguruan Tinggi.
Mata pelajaran IPS bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan
masyarakat, Depdiknas (2007:2). Memperhatikan tujuan mata pelajaran IPS,
sebaiknya penyelenggaraan pembelajaran IPS mampu mempersiapkan, membina dan
membentuk mental positif agar terampil mengatasi setiap masalah yang menimpa
dirinya maupun masyarakat.
Sementara itu kondisi pendidikan IPS di
Negara kita dewasa ini, pada umumnya lebih menitikberatkan pada medol
pembelajaran konvensional seperti ceramah sehingga kurang mampu untuk
merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Suasana
belajar seperti itu, semakin menjauhkan peran pendidikan IPS dalam upaya
mempersiapkan warga negara yang baik dan memasyarakat. Ditambah lagi,
kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berfikir
siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna, keterampilan
belajar guru yang kurang diterapkan pada saat proses pembelajaran berlangsung
dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan sehingga pelajaran yang telah diterima siswa
kurang bertahan lama dalam ingatan siswa.
Berdasarkan pengamatan awal yang
peneliti lakukan terhadap proses pembelajaran IPS di SD. Negeri No. 118195 Desa
Pemuda Kabupaten Labuhanbatu Utara diperoleh informasi bahwa proses
pembelajara, guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian
besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk
mengikuti pelajaran lanjutan.
Hasil pengamatan awal di atas diperoleh bahwa pembelajaran yang berlangsung
cenderung monoton, yaitu guru sering memberikan informasi dan siswa hanya menerima apa saja yang disampaikan
guru sehingga siswa terlihat bosan dan tidak termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran IPS.
Pada saat guru menerangkan siswa tidak
ada yang menanggapi dan berani mengajukan pertanyaan kepada guru, jadi
interaksi atau komunikasi antara guru dan siswa terlihat kurang terjadi pada
saat pembelajaran berlangsung sehingga hasil belajar siswa kurang begitu
memuaskan.
Dari pengamatan peneliti di lapangan,
hasil belajar siswa kelas IV yang berkemampuan baik 35%, sedangkan 65% lainnya
hanya mendapatkan nilai di bawah rata-rata yang diharapkan. Ini jelas belum
mencukupi standar khusunya pada
pelajaran IPS walaupun guru sudah melakukan remedial.
Kecenderungan pembelajaran dan kualitas
hasil belajar pendidikan IPS sebagaimana diungkapkan dalam pernyataan di atas,
mengisyaratkan sebaiknya agar guru dapat mengembangkan kemampuannya yang
mengarah kepada peningkatan mutu proses pembelajaran. Upaya meningkatkan proses
pembelajaran harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan penyelenggaraan
pendidikan dasar. Karena inti dari peningkatan mutu pendidikan adalah
terjadinya peningkatan kualitas dalam proses pembelajaran yang berlangsung di
dalam kelas
Tugas pokok seorang guru tidak haya
mengajar akan tetapi memperhatikan akhlak dan moral peserta didik agar bisa
tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Seoarang guru adalah kunci dalam
operasionalisasi pendidikan sehingga guru merupakan orang yang paling dekat
dengan peserta didik dan merekalah yang lebih mengetahui sifat, watak, keinginan
seta bakat peserta didik..
Didalam proses pembelajaran sehari-hari sebagian guru ada
yang tidak terbiasa mengembalikan pekerjaan siswa yang berupa hasil koreksinya,
sehingga siswa-siswa tidak mengetahui hasil yang mereka dapatkan. Padahal
menurut Skinner pemberitahuan kepada siswa tentang hasil yang mereka dapatkan
sangat penting untuk menumbuhkan motivasi belajar mereka.
Kita bisa melihat dilapangan bahwa ketika peserta didik mendapat
penghargaan oleh guru, maka memungkinkan peserta didik tersebut memiliki
motivasi belajar yang lebih tinggi dan akan bergairah untuk melakukan sesuatu
pekerjaan. Belajar akan lebih berhasil apabila respon murid terhadap sesuatu
stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Adapun rasa senang
atau kepuasan tersebut bisa timbul sebagai akibat dari anak mendapatkan penghargaan,
ganjaran dan penguatan untuk melakukan dan meneruskan hal-hal yang baik.
Memberikan penguatan non verbal diartikan dengan tingkah
laku guru dengan merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang
memungkinkan tingkah laku itu timbul kembali. “Memberi penguatan merupakan
tindakan atau respon terhadap suatu bentuk prilaku yang dapat mendorong
munculnya peningkatan kualitas tingkah laku pada waktu yang lain” (Aunurrahman,
2009:128). Dengan pemberian penguatan khususnya penguatan
non verbal dapat mempengaruhi pribadi anak didik untuk
merasa senang, tertarik, bersemangat, bahkan melakukan
reaksi atau tindakan terhadap
suatu objek.
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBERIAN PENGUATAN NON VERBAL PADA
PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV
SDN118195 DESA PEMUDA.”
1.2. Identifikasi
Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat ditemukan beberapa
masalah, antara lain:
1.
Guru belum
memberdayakan seluruh potensinya.
2.
Siswa kurang aktif
dalam proses pembelajaran berlangsung
3.
Kesulitan siswa untuk
mempertahankan ingatan pelajaran.
4.
Rendahnya hasil
belajar siswa pada pelajaran IPS.
5.
Guru kurang memberikan
umpan balik sebagai penghargaan pada siswa saat kegiatan blajar mengajar.
1.3. Pembatasan
Masalah
Pembatasan masalah merupakan langkah berikutnya yang
dilakukan dengan tujuan agar penilitian tidak terlalu luas cakupan masalahnya. Dengan kata lain, batasan masalah ini
dimaksudkan agar permasalahan lebih terfokus, terinci, sistematis dan mendalam.
Tidak semua masalah yang teridentifikasi dalam identifikasi masalah akan
dikaji. Oleh karena itu, masalah yang akan dibahas pada penelitian ini mencukup
pada Penggunaan Penguatan Non Verbal dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Pembelajaran IPS Pokok Bahasan Koperasi di Kelas IV SDN 118195 Desa Pemuda
Kabupaten Labuhanbatu Utara.
1.4. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang dan pembatasan masalah yang
telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah dengan menggunakan pemberian
penguatan non verbal dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS
pokok bahasan koperasi di kelas IV SDN 118195 Desa Pemuda Kabupaten Labuhanbatu
Utara?”.
1.5. Tujuan Penelitian
Berlanjut dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui penggunaan penguatan non verbal dalam meningkatkan hasil belajar
siswa pada pembelajaran ips pokok bahasan koperasi di kelas IV SDN 118195 Desa
Pemuda Kabupaten Labuhanbatu Utara
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat secara praktis
dan konseptual sebagai berikut:
1.
Manfaat Praktis
a.
Bagi guru SD
sebagai masukan agar dalam proses
kegiatan belajar mengajar perlu memperhatikan dan menerapkan penggunaan
penguatan non verbal secara tepat dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
b.
Bagi peseta didik
sebagai masukan pentingnya hasil belajar yang
baik yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan agar dapat
berhasil dalam pembelajaran
2.
Manfaat Konseptual
a.
Bagi akademis
khususnya program studi pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) menjadi bahan
informasi sekaligus masukan dalam ilmu pengetahuan dan langkah-langkah untuk
meningkatkan kualitas belajar peserta didik melalui proses belajar yang
berkualitas dan menyenangkan.
Bagi peneliti sebagai
masukan atau referensi dalam menerapkan penggunaan penguatan non verbal untuk
mengembangkan perubahan yang berkaitan dengan meningkatkan hasil belajar
peserta didik.Karena keterbatasan, bagi yang ingin mengetahui Bab-bab selanjutnya dari skripsi ini, silahkan tinggalkan komentar dan e-mail di kolom komentar :)
bisa di kirim ke email saya: dekitriadi_pjjktp@yahooo.co.id .... atau kalo bisa share literatur...literatur yang berhubungan dgn aktivitas belajar siswa (maksud saya judul2 buku, pengarang, dan penerbitnya)
BalasHapussudah dikirm... mas...:)
BalasHapussilahkan dicek