SELAMAT DATANG SOBAT !!!! Terimakasih telah berkunjung ke ABADIORKES

10.28.2012

Membongkar Paradigma Trivialitas Mahasiswa Terhadap Demokrasi yang Chauvinistis


Mahasiswa adalah komponen masyarakat namun seiring berjalannya waktu posisi mahasiswa di tengah masyarakat sudah tidak memiliki pengaruh. Dahulu mahsiswa masih dianggap sebagai orang yang intelektual dan bijak. Setiap perkataan, ide dan gagasan yang keluar dari mahasiswa masih dianggap penting dalam masyarakat. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang lebih percaya kepada mahasiswa ketimbang pemerintah. Tetapi itu dulu, bukan sekarang. Mahasiswa dewasa ini tidak lagi memiliki pengaruh dan power serta partisipasi pada masayrakat, sehingga masyarakat pun tidak lagi respect terhadap mahasiswa. Hal ini lebih disebabkan karena mahasiswa sekarang sudah kehildangan semangat dan nilai-nilai sosial. Kuatnya pengaruh eksternal menjadi factor utama menurunnya nilai sosial mahasiswa. Tentunya situasional seperti ini merupakan ancaman ke depan. Mahasiswa sebagai regenerasi bangsa kelak akan menjadi pengganti-pengganti pemimpin seakarang. Tetapi jika calon pemimpin yang dalam hal ini mahasiswa, tidak menunjukkan kapasitan dan tidak memiliki nilai-nilai sosial, mustahil bisa menjadi pemimpin yang ideal ke depan.

Salah satu hal yang penting untuk diperbaiki dalam tatanan pola piker mahasiswa sekarang adalah dengan sebuah bentuk pencerdasan. Terkait dengan pesta demokrasi yang akan sebentar lagi berlangsung, mulai dari pilkada di beberapa provinsi hingga pemilu, tentunya mahasiswa pun harus berpartisipasi dalam agenda penentu masa depan seperti ini. Oleh karena itu, agar mahasiswa memiliki pola piker yang matang terkait ini, mahasiswa dianggap perlu memahami demokrasi itu sendiri.

Pada dasarnya melihat kondisi mahasiswa sekarang, bisa dikatakan bahwa paradigm mahasiswa terhadap demokrasi sangat menurun. Bahkan istilah demokrasi masih banyak yang lupa. Kalaupun masih ingat itu karena waktu pelajaran PPKn, mahasiswa tersebut serius mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru. Selebihnya untuk memahami demokrasi itu sendiri tidak dilakukan sehingga paradigm mahasiswa terhadap demokrasi masih tergolong rendah (trivialitas). Maka dari itu perlu strategi untuk membongkar paradigm mahasiswa yang masih trivialitas agar dapat berpartisipasi untuk mendukung dan mengawal demokrasi di negeri kita.

Sejak revolusi dari rezim orba ke reformasi, demokrasi di Indonesia semakin meningkat. Tetapi hal ini tidak sejalan dengan pengimplementasiannya di daerah-daerah. Saya tidak akan menyebutkan contoh daerah yang masih menganut demokrasi konvensional, tetapi masih banyak daerah yang masih menerapkan demokrasi seperti ini yang bersifat Chauvinistis. Adanya otoriter atau semi-feodal masih terasa di beberapa daerah. Padahal system pemerintahan yang kita pakai adalah siste demokrasi.
Situasi ini tentunya menjadi indicator bahwa pengekangan terhadap demokrasi masih tinggi. Dan dalam hal ini mahasiswa seharsunya bisa melihat ini sebagai permasalahan. Selanjutnya untuk menyelesaikan masalah seperti ini mahasiswa perlu memahami kembali demokrasi dan mengimplementasikannya dalam bermasyarakat khsusnya dalam menentukan setiap pilihan.
Membongkar paradigman trivialitas mahasiswa terkait demokrasi adalah solusi untuk menciptakan mahasiswa representasi system Negara kita.

UOUS


2 komentar:

Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.