Yang terjadi pada bagian ekor setelah bagian ekor diputuskan ekornya yang
diputus akan bergerak-gerak. Ekor cicak akan tumbuh kembali untuk menggantikan
ekor yang sebelumnya sudah terpuus. Bagian ekor yang sudah terputus dapat
bergerak – gerak karena fungsi ekor bagi cicak yaitu saat ekor terputus maka
dapat menarik perhatian musuh sehingga cicak dapat lari dan selamat dari
bahaya.Cicak biasanya Cuma mampu menyerang diantara sesama cicak misalnya
dua cicak jantan memperebutkan satu betina, atau jika mengintai satu sasaran
untuk dimakan. Teknik bela diri yang dimiliki Cicak cenderung pasip yaitu
melarikan diri maupun bersembunyi jika ada predator yang muncul, adapun tehnik
lain yang dimiliki yaitu tehnik melepaskan ekor, Cicak
akan melepaskan ekornya dengan tujuan untuk mengecoh lawan, ekor yang
dilepaskan masih bergerak-gerak dan menarik perhatian lawan agar lawan mengejar
dan menyerang ekor yang dilepaskan tersebut sehingga badan cicak akan lolos
dengan melarikan diri
Peristiwa putus dan lepasnya sebagian atau seluruh bagian ekor secara spontan apabila hewan tersebut dikejar atau ditangkap ekornya disebut dengan autotomi . Mekanisme perlindungan diri dengan cara autotomi ekor ini tidak terjadi pada hewan-hewan yang ekornya berfungsi khusus, misalnya untuk berenang, berpegangan pada ranting atau dahan, dan keseimbangan.
Pada cicak, kadal, dan tokek, setelah mengalami autotomi akan diikuti proses regenerasi sehingga tumbuh ekor baru dengan ukuran dan bentuk yang hampir sama dengan ekor aslinya dan yang menarik dari proses regenerasi adalah walaupun luka belum sembuh sempurna, empat hari setelah autotomi di bagian depan permukaan luka telah terjadi pertumbuhan sel ependima yang melapisi canalis centralis medulla spinalis. Keadaan ini menunjukkan bahwa sebelum terbentuk blastema, medulla spinalis sudah mulai tumbuh dalam bentuk tabung ependima.
Menurutnya pula, peran medulla spinalis dalam regenerasi ekor didasarkan atas kemampuan medulla spinalis fase penyembuhan luka dan diferensiasi awal dalam memicu angiogenesis. Medulla spinalis pada fase-fase regenerasi tersebut diduga memiliki substansi yang berperan sebagai faktor pemicu angiogenik (angiogenic promoting factor). Beberapa zat aktif yang diduga terlibat regenerasi, misalnya growth factor yang spesifik, antara lain, angiogenic promoting factor yang masih perlu diungkap perannya “.
Regenerasi ekor cicak :
Ekor cicak
memiliki bentuk yang panjang dan lunak yang memungkinkan untuk bisa memendek
dan menumpul. Ekor akan mengalami regenerasi bila ekor tersebut putus dalam
usaha perlindungan diri dari predator.
Berdasarkan hasil
praktikum yang dilakukan pada cicak dengan memotong ekornya, setelah diamati
selama empat minggu, ternyata bagian ekor yang telah dipotong mengalami
pertumbuhan. Ekor yang putus tersebut tumbuh tetapi tidak dapat sama seperti
semula. Pengamatan pada minggu pertama ekor cicak bertambah 0,5 cm, minggu
kedua 0,1 cm, minggu ketiga 0,4 cm, minggu keempat 0,5 cm. Pertumbuhan ekor
cicak yang mengalami regenerasi lebih pendek daripada ekor semula. Karena
panjang ekor yang dipotong sepanjang 5 cm sedangkan panjang ekor regenerasi
hanya 2 cm.
Menurut Morgan
(1989), regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan dari temperatur,
pada hal tertentu, mempercepat regenerasi. Regenerasi menjadi lebih cepat pada
suhu 29,7o C. Faktor bahan makanan tidak begitu mempengaruhi dalam proses
regenerasi.
Regenerasi melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Luka akan
tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang bersifat
sebagai pelindung.
2. Sel epitel
bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah scab.
Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka telah
tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi
bersifat muda kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan
baru. Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-selnya lepas tersebar
di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua sel-selnya
mengalami diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang
rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat
miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan
kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini scab
mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi
atau sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding
kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi
membentuk blastema.
5. Proliferasi
sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak dengan
proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang
maksimal dan tidak membesar lagi.
6. Rediferensiasi
sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel
blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat
derifat mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang
dipotong akan tumbuh lagi dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa
dengan asalnya.
Seekor
ular korba melumpuhkan mangsanya dengan menggunakan “Bisa” yang dihasilkan dari
tubuhnya, jelaskan mekanisme keluarnya bias dari tubuh ular ?
Bisa
sebenarnya merupakan protein yang di produksi oleh kelenjar bisa yang berada di
dalam kepala ular. Pada kelenjar bisa terdapat saluran yang menghubungkan ke taring
bisa yang memiliki lubang pada ujung bawahnya. Khusus pada jenis Naja naja (ular
Kobra) lubang saluran bisanya berada di ujung bagian depan gigi taring,
sehingga ular-ular
jenis ini dapat menyemburkan/menyemprotkan bisanya.
Kelenjar bisa ini sama dengan kelenjar ludah pada manusia. Bisa pada ular berfungsi selain sebagai senjata untuk membunuh musuhnya, juga membantu sistem pencernaan.
Kelenjar bisa ini sama dengan kelenjar ludah pada manusia. Bisa pada ular berfungsi selain sebagai senjata untuk membunuh musuhnya, juga membantu sistem pencernaan.
Jenis
Bisa dibagi berdasarkan lokasi organ tubuh menjadi sasaran racun ular
:
a. Neurotoxin
- Menyerang dan mematikan jaringan syaraf
- Terjadi kelumpuhan pada alat pernafasan
- Kerusakan pada pusat otak
- Efek gigitan yang langsung terasa adalah korban merasa ngantuk
b. Haemotoxin
- Menyerang darah dan sistem sirkulasinya
- Terjadi haemolysis
- Transport O2 ke tubuh terganggu, terutama metabolisme sel
a. Neurotoxin
- Menyerang dan mematikan jaringan syaraf
- Terjadi kelumpuhan pada alat pernafasan
- Kerusakan pada pusat otak
- Efek gigitan yang langsung terasa adalah korban merasa ngantuk
b. Haemotoxin
- Menyerang darah dan sistem sirkulasinya
- Terjadi haemolysis
- Transport O2 ke tubuh terganggu, terutama metabolisme sel
Organ organ lain yang akan terganggu
sistem kerjanya oleh bisa ular antara lain: jantung, ginjal,
otot, sel-sel darah dan jaringan-jaringan yang lain.
ular berbisa adalah ular berkeklenjar ludah yang menghasilkan bahan beracun
untuk mangsanya yang disebut bias ular. Didalam mulut ular terdapat sepasang
taring yang berukuran besar dan beralur kebawah ke satu sisi. Tepat diatas
taring ini ada celah yang menuju kekelenjar pembuat bisa. Jika ular bertaring
menggigit, bisanya menetes lewat alur keluka dari gigitan taring itu. Pada
kobra, taringnya ada di mulut bagian depan, disebelah rahang atas. Seberkas
otot mengelilingi kelenjar pembuat bisa, sehingga ketika ular menggigit
otot-otot itu akan memijat kelenjar untuk mengeluarkan bisa ke taring dan
keluar dari ujungnya.
Ular dapat
memakan mangsa yang ukuran tubuhnya lebih besar dari ukuran mulutnya karena :
Ular dapat memangsa mangsanya yang
berukuran 10 kali lipat besar kepalanya, karena pada rahang bagian belakang
dari mulutnya dihubungkan oleh sendi yang berbentuk segiempat, sehingga mulut ular dapat
menganga 180ยบ dan didukung oleh rahang bawah yang hanya dihubungkan oleh ligamen (otot) yang sangat elastis.
Rahang ular dibangun oleh 4 elemen, bukan 2
elemen. Rahang ini melekat
dengan longgar pada ligament sehingga dapat meregang pada waktu memakan
mangsanya. Sisi rahang atas tidak menyatu dan di bagian belakang dasar rahang
terdapat tulang tambahan yang turun ke bawah sehingga kedua bagian rahang dapat
terbuka lebar, mangsa pun bisa masuk ke dalam leher. Rahang bawah ular juga tidak menyatu satu
sama lain antara kiri dan kanan. Karena rahang ular yang
terpisah atau tidak menyatu mengakibatkan ular dapat memakan mangsa yang ukuran
tubuhnya lebih besar dari ukuran tubuh ular itu sendiri.
Sesudah masuk ke dalam leher, mangsa masuk ke dalam perut. Di bagian perut terdapat tulang iga. Tulang iga ular tidak menyatu dengan tulang dada seperti pada manusia, sehingga tulang iga dapat membentang dan memungkinkan makanan turun ke dalam perut. Lantas pemrosesan si mangsa dalam tubuh ular juga didukung oleh otot-otot yang kuat dan kompleks.
Sesudah masuk ke dalam leher, mangsa masuk ke dalam perut. Di bagian perut terdapat tulang iga. Tulang iga ular tidak menyatu dengan tulang dada seperti pada manusia, sehingga tulang iga dapat membentang dan memungkinkan makanan turun ke dalam perut. Lantas pemrosesan si mangsa dalam tubuh ular juga didukung oleh otot-otot yang kuat dan kompleks.
Beberapa
hal yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi, diantaranya :
1.
Ular memiliki pertautan
ujung 2 mandibula oleh ligamentum yang elastis.
2.
Tulang kuadrat bebas
dari tulang kepala dan mandibulla
3.
Tulang langit-langit
dapat bergerak bebas sehingga mulut dapat terbuka lebar.
4.
Tidak ada tulang dada
(Sternum) dan rusuk-rusuk bebas sehingga dada dapat dilatasi.
5.
Kulit lunak dan elastic
6.
Esophagus dan lambung
dapat melebar.
Eksdisis
yaitu peremajaan lapisan kulit lama yang sudah mati atau rusak kemudian
berganti dengan sel kulit yang baru. Adapun proses eksdisis pada seekor ular
sebagai berikut:
1. warna
kulit berangsur mulai menjadi kusam dan kering
2. pandangan
mata juga berangsur mulai keruh atau berwarna biru dan akhirnya diselimuti oleh
selaput berwarna putih
3.
setelah beberapa hari pandangan mata berangsur-angsur menjadi terang atau
jernih kembali
4.
bentuk dan warna kulit berangsur-angsur juga menjadi jernih dan terang.
5.
Lapisan kulit lama mengelupas dibantu oleh bergeseknya dengan permukaan kasar,
sampai akhirnya terlihatlah kulit barunya yg terlihat bersih segar dan
mengkilat.
Mekanisme terjadi eksdisis yaitu sebagai berikut:
Mekanisme terjadi eksdisis yaitu sebagai berikut:
Dalam
persiapan untuk ecdysis, reptil menjadi tidak aktif untuk jangka waktu
tertentu, mengalami apolysis (pemisahan dari exoskeleton lama dari sel-sel
epidermis yang mendasari). Untuk kebanyakan organisme, masa istirahat adalah
tahap persiapan selama sekresi cairan dari kelenjar molting lapisan epidermal
dan melonggarkan dari underpart dari kutikula terjadi. Setelah kutikula lama
telah terpisah dari epidermis, mencerna cairan disekresi ke dalam ruang di
antara mereka. Namun, cairan ini tidak aktif sampai bagian atas dari kutikula
baru telah terbentuk. Sedangkan kutikula lama sedang dicerna, lapisan baru
dikeluarkan. Semua struktur cuticular adalah gudang di ecdysis, termasuk bagian
dalam dari exoskeleton, yang meliputi lapisan terminal dari saluran pencernaan
dan dari tracheae jika mereka hadir. Lalu, dengan merangkak gerakan, yang
pharate hewan mendorong maju dalam tua shell yg menutupi , yang memecah di
bagian belakang yang memungkinkan hewan muncul. Seringkali, ini retak awal
disebabkan oleh peningkatan tekanan darah dalam tubuh (dalam kombinasi dengan
gerakan), memaksa ekspansi di perusahaan exoskeleton , yang mengarah ke sebuah
crack akhirnya yang memungkinkan untuk organisme tertentu seperti ular untuk
melepaskan diri. Setiap tahap perkembangan serangga antara moults disebut
instar , atau stadion. Endopterygota cenderung memiliki beberapa instar (4-5),
sedangkan serangga lain seperti Exopterygota dapat memiliki sampai 15 di mana
saja. serangga Endopterygota memiliki lebih alternatif untuk molting, seperti
perluasan kutikula dan runtuhnya kantung-kantung udara untuk memungkinkan
pertumbuhan organ internal. Proses molting pada reptil dimulai dengan pemisahan
kutikula dari sel epidermis yang mendasari ( apolysis ) dan berakhir dengan
penumpahan kutikula lama (ecdysis). Dalam banyak dari mereka itu diprakarsai
oleh peningkatan hormon ecdysone . Hal ini menyebabkan hormon: apolysis - pemisahan
kutikula dari epidermis. ekskresi dari kutikula baru di bawah tua. degradasi
kutikula lama Setelah apolysis ,
cairan molting disekresi ke dalam ruang antara kutikula lama dan epidermis
(yang exuvial spasi), ini mengandung enzim aktif yang diaktifkan hanya setelah
baru epicuticle disekresi. Hal ini untuk mencegah mereka dari mencerna baru
procuticle seperti yang ditetapkan. Daerah bawah kutikula tua - endocuticle dan
mesocuticle - kemudian dicerna oleh enzim dan kemudian diserap. The exocuticle
dan epicuticle menolak maka pencernaan dan gudang di ecdysis.
Bagaimana sistem pencernaannya dapat menampung dan mengolah makanan yang ukurannya lebih besar dari ukuran tubuh ular itu sendiri ? system pencernaan pada ular berupa saluran lurus darimulut ke anus. Esophagus dan lambung dapat melebar atau berbentuk memanjang sesuai dengan kondisi. Ketika mangsanya memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari tubuh ular maka organ pencernaan akan menyesuaikan ukurannya dengan ukuran mangsanya dan ular memiliki ukuran yang lunak dan elastic sehingga tidak sulit bagi ular untuk melakukannya.
Bagaimana sistem pencernaannya dapat menampung dan mengolah makanan yang ukurannya lebih besar dari ukuran tubuh ular itu sendiri ? system pencernaan pada ular berupa saluran lurus darimulut ke anus. Esophagus dan lambung dapat melebar atau berbentuk memanjang sesuai dengan kondisi. Ketika mangsanya memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari tubuh ular maka organ pencernaan akan menyesuaikan ukurannya dengan ukuran mangsanya dan ular memiliki ukuran yang lunak dan elastic sehingga tidak sulit bagi ular untuk melakukannya.
salam kenal.. :)
BalasHapussalam kenal juga..
Hapusterima kasih sudah berkunjung dan memberi komentar :)