RINGKASAN
Sigmund
Freud
Oleh Douglas Kirsner*
Freud lahir di Austria tahun 1856 dan di
tahun 1895 menerbitkan Studies on
Hysteria yang ia susun bersama koleganya, Joseph Breuer. Freud menghargai
upaya Breuer yang telah menangani pasien
psikoanalisis pertama, Anna O., dan menamakan metodanya “penyembuhan lewat
bicara” (talking care). Istilah
psikoanalisis pertama kali dipakai Freud tahun 1896.
Para pelopor dalam suatu bidang
pengetahuan selalu memandang bidang itu dengan cara baru. Persoalan yang mereka
kemukakan mengenai apa yang mereka lihat sangat berbeda dengan yang dikemukakan
para pendahulunya. Freud pun merintis cara yang amat berbeda untuk memahami
eksistensi manusia. Namun demikian, seperti halnya teori mana pun,
psikoanalisis adalah suatu kontruksi – Freud
bahkan menganggapnya sebagai “mitologi” – dan ia tidak merupakan satu
sistem monolitik yang dapat dipahami sebagai satu kesatuan.
Gagasan – gagasan Freud telah menjadi
bagian dari kosakata kita sehari – hari, seperti konsep – konsepnya tentang
ketaksadaran, represi, sublimasi, defense, kecemasan, ambivalensi, dan komplek
Oedipus. Penyair W.H. Auden pernah menulis bahwa pemikiran Freud kini mewakili
“seluruh iklim opini yang dengannya kita menjalani hidup secara berbeda.”
Dengan psikoanalisis, Freud melakukan
banyak sanggahan terhadap pengetahuan-diri kita; yakin bahwa pandangan narsisme
kita telah mengalami tiga pukulan telak. Pertama,
Copernicus telah membuktikan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari dan
bukan sebaliknya; Kedua, Darwin
menunjukkan bahwa manusia berasal dari sejenis kera dan bukan dari dewa. Lantas
psikoanalisis melancarkan pukulan paling telak di antara semuanya: soal
terakhir yang ingin diketahui manusia adalah bahwa ego “bukanlah tuan di
rumahnya sendiri”.
Dari perspektif Marx telah mengutarakan
bahwa manusia adalah produk sistem social dan sistem kelas di mana manusia
terlahir. Dalam semua pernyataan tersebut, terdapat suatu decentring umum yang radikal terhadapa manusia, dari posisinya yang
berdaulat di alam semesta. Freud menandaskan, bahwa kemauan – kemauan kita
bahkan hanyalah produk dari proses dinamis dalam diri kita yang tidak kita
sadari. Kehendak – kehendak tak sadar itu merupakan titik puncaknya dan
hakikatnya sering kali bersifat seksual,
berkaitan dengan pengalaman – pengalaman kita di masa kanak – kanak.
Freud menyatakan bahwa segala perilaku
manusia dapat dipahami sebagai sesuatu yang mengandung arti atau signifikan,
dan bahwa arti – arti tersebut seringkali tak diketahui (secara sadar) oleh
individu karena arti – arti itu terepresi. Freud juga menyatakan bahwa hasrat
dan kehendak yang paling kerap terepresi adalah hasrat seksual yang terlarang
dalam kehidupan konvensional sehari – hari kita dan disebabkan pelbagai alasan,
umumnya tak dapat diterima oleh pikiran sadar seseorang yang memiliki hasrat
itu. hasrat tersebut disingkirkan atau direpresi dari kesadaran sehingga
menjadi “tak sadar”. Dengan kata lain, karena kita tak bersedia mengakui dan
hidup bersama hasrat – hasrat itu dalam kehidupan sadar kita, maka kita
berusaha mengingkarinya. Akan tetapi hasrat itu tetap saja eksis “secara tak
sadar”.
Psikoanalisis sering dianggap sebagai
terapi saja. Bahwa Freud adalah seorang praktisi medis seperti sesame
psikoanalisis lainnya. Sebelumnya, ganggua mental ditangani oleh para dokter
dan ahli psikiater. Freud tidak menyangkal pentingnya faktor – faktor organis
dan kebutuhan dalam terbentuknya penyakit mental. Namun ia berbeda dengan para
Ahli psikiatri yang berorientasi organis ketika ia menegaskan bahwa ada faktor
– faktor lain yang menyebabkan penyakit mental. Menurut Freud, psikoanalisis
berusaha menemukan arti di balik pengalaman seorang penederita penyakit mental,
untuk membuat sadar segala kehendak, harapan, motif dan sebagainya yang
tak-sadar, yang menjadi dasar penyakit mental itu. faktor – fakto organis
ataupun genetis mungkin memberikan predisposisi bagi bentuk perilaku tersebut,
namun hal itu belum merupakan penjelasan sepenuhnya.
Freud menganggap psikoanalisis lebih
dari sekedar terapi; ia memandang psikoanalisis terutama sebagai ilmu
pengetahuan atau metodologi. Bahkan Freud amat yakin bahwa terapi tidak akan
merusak ilmu pengetahuan atau disiplin intelektual psikoanalisis dapat
dipandang menurut sejumlah aspeknya:
1. Sebuah
metode penelitian mengungkap arti tak-sadar dalam kata – kata, tindakan, mimpi,
fantasi, atau secara umum, pengalaman seseorang atau produk cultural tertentu,
seperti karya sastra atau mitos. Arti – arti tak sadar itu biasanya tidak dapat
diakses lewat cara lain.
2. Suatu
bentuk psikoterapi atau metode untuk membantu para penderita neurotic dalam
memahami dirinya sendiri dan sembuh berkat terapi-pemahaman ini.
3. Sebuah
bangunan pengetahuan mengenai hakikat pengalaman manusia yang disimpulkan dari
data yang dihasilkan lewat metode penelitian serta perawatan psikoanalisis.
4. Suatu
pandangan filsafat tentang peradaban atau kebudayaan yang didasarkan pada
pandangan psikoanalisis atas psike manusia.
Semua aspek psikoanalisis di atas secara
umum setidaknya mengandung pengertian bahwa: psikoanalisis adalah studi tentang
ketaksadaran serta bagaimana kaitannya dengan fenomena sadar. Focus atau objek
spesifik psikoanalisis adalah realitas psikis, dunia fantasi yang terdalam, dan
bukannya dunia eksternal.
Psikonanlisis menaruh perhatian pada
relasi antara realitas eksternal dan internal, namun penekanannya psikonalaisis
adalah pada eksplorasi peranan dunia pengalaman yang tak-sadar dalam kehidupan
kita. Ini bukan hanya berupa mimpi – mimpi, kesalahan – kesalahan ucapan dan
neurosis Freudian, namun juga mencakup aspek – aspek psikoanalitik kebudayaan
yang dieksplorasi Freud dalam pelbagai karyanya.
Karya – karya tersebut:
a.
Totem dan Taboo (1913)
b.
Group Psychology and the Analysis of the
Ego (1921)
c.
The Future of an Illusion (1927) - studi
tentang kebutuhan kita akan agama
d.
Civilization and Its Discontents (1930)
Menurut Freud, pasien yang mengalami
orang tuannya sebagai orang yang pemalu dan banyak menghindar seringkali akan
memperlakukan si analis sebagai orangtua yang pemalu dan suka menghindar.
Serupa dengan itu, seseorang yang pernah merasakan perlakuan istimewa dalam
hidupnya (umpamanya, diperlakukan sebagai anak yang paling disayang dalam
keluarga) bisa beranggapan bahwa ia adalah pasien istimewa dasi si analis.
Namun demikian, si analis tidak akan menanggapinya dengan cara yang serupa
seperti tanggapan pasien terhadap orang – orang lain yang ia anggap signifikan
itu – justru si analis akan menganalisis apa yang dikatakan oleh pasien; si
analis akan berusaha memahami dan mengkomunikasikannya dengan pasien sehingga
pasien pun akan dapat mempelajarinya.
Transferensi itu – dimana seseorang
memperlakukan orang lain bukan sebagai dia sebenarnya, tetapi seolah – olah
sebagai orang yang berbeda – terjadi dalam sebagian besar, atau bahkan seluruh,
hubungan kita. Akan tetapi, terapi analitik menyediakan suatu cara tertentu di
mana pasien dapat merefleksikan dan mempelajari adanya transferensi itu
sehingga tidak sekadar menurutinya saja.
Freud berpendapat bahwa kita senantiasa
terlibat dalam suatu hubungan dengan orang lain. Oleh sebab itu, bagi Freud,
psikologi individual sekaligus selalu merupakan psikologi social. Pandangan ini
terlihat jelas dalam teorinya tentang psiko – seksualitas, yang bukan merupakan
teori biologi tetapi jauh melampauinya. Teori Freud tentang kompleks-Oedipus,
yang diilhami oleh drama Sophocles,
Oedipus Rex, membahas perasaan – perasaan cinta dan benci yang dialami
seorang anak terhadap orangtuanya, dan hal ini memainkan peranan penting dalam
membentuk kepribadian dan nafsu.
Menurut Freud (1920) kehidupan mental
kita dikendalikan oleh dua prinsip dasar: prinsip kesenangan dan prinsip
kenyataan. Prinsip kesenangan mengarah pada pemuasan sesaat atas keingninan –
keinginan kita lewat jalan yang paling pintas serta menghindari ketaksenangan.
Prinsip ini harus dilihat dalam kaitannya yang erat dengan prinsip kenyataan,
yang memodifikasi prinsip kesenangan serta menunda kepuasan sesaat, menempuh
perjalanan yang lebih sulit, yang dituntut oleh sikap menerima syarat – syarat
yang diciptakan oleh dunia luar.
Dengan demikian prinsip kenyataan adalah
syarat esensial bagi tercapainya tujuan – tujuan prinsip kesenangan karena cara
terbaik yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan.
Namun Freud juga mengembangkan prinsip
yang lebih vital: “hasrat terhadap kematian” terdapat “di seberang prinsip
kesenangan”. Dua prinsip pengendali yang terpenting di alam semesta ini adalah kreasi dan destruksi, kehidupan dan
kematian.
Beberapa lama kemudian, Freud (1923)
mengemukakan gagasannya yang terkenal mengenai “model structural” pikiran ,
yang menjelaskan bahwa pikiran kita terdiri dari id, ego, superego (istilah
bahasa Jerman itu bisa diterjemahkan menjadi it, I, dan Over-me – “dia”, “aku” dan “yang
mengatasiku”). Psikoanalisis tidaklah ego-sentris: “dia” yang tak-sadar,
bagi Freud adalah sesuatu yang fundamental. Tugas psikoanalisis adalah
melakukan decentring terhadap ego, dan bukan mengadaptasikan diri
kepadanya.
Ketegangan dan konflik yang tak
terelakkan antara tuntutan – tuntutan pelbagai dorongan dan efek peradaban yang
melemahkan, akan menyebabkan terjadinya kegelisahan terus – menerus yang
disebabkan oleh keharusan berkompromi. Kegelisahan kita adalah harga yang kita
bayar demi keuntungan – keuntungan dalam peradaban yang dibangun di atas
represi terhadap hasrat – hasrat kita; kita telah “menukar satu porsi
kemungkinan memperoleh kesenangan dengan satu porsi kemungkinan memperoleh
kesenangan dengan satu porsi keamanan”.
Bahkan Freud mempertanyakan, apakah
segala tindakan itu sungguh sebanding dengan masalah – masalah yang
ditimbulkan?
Sementara kebudayaan Freud sendiri
bahkan tak dapat menyediakan baginya “satu porsi keamanan”. Pada tahun 1938,
kelompok Nazi menduduki tanah – airnya, Austria. Freud berhasil melarikan diri
dari Wina tahun 1938 itu dan “meninggal dalam kebebasan” di London tahun 1939,
kurang dari tiga minggu sesudah pecahnya Perang Dunia II.
*Douglas Kirsner adalah pengajar senior
untuk bidang filsafat dan sejarah ide – ide di Universitas Deakin. Tahun 1977
ia membentuk The Deakin University Annual
Freud Conference yang selanjutnya ia pimpin. Douglas baru saja merampungkan
bukunya, American Psychoanallysis Amerika
yang diterbitkan oleh University of California Press tahun 1992. Ia adalah
editor buku The Public Intellectual.
Judul Buku: Teori – teori Sosial:
Observsi Kritis terhadap Para Filosof Terkemuka (terjemahan)
Penulis: Peter Beilharz
Penerbit: Pustaka Pelajar Offset
Kota: Yogyakarta
Tahun: 2005
Jumlah Hlm.: 403 hlm
Hlm ringkasan: 179 – 187
ISBN: 979 – 9483 – 67 – 0
e-mail: pustakapelajar@telkom.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.