SELAMAT DATANG SOBAT !!!! Terimakasih telah berkunjung ke ABADIORKES

4.30.2012

Sigmund Freud

RINGKASAN

Sigmund Freud
Oleh Douglas Kirsner*

Freud lahir di Austria tahun 1856 dan di tahun 1895 menerbitkan Studies on Hysteria yang ia susun bersama koleganya, Joseph Breuer. Freud menghargai upaya Breuer  yang telah menangani pasien psikoanalisis pertama, Anna O., dan menamakan metodanya “penyembuhan lewat bicara” (talking care). Istilah psikoanalisis pertama kali dipakai Freud tahun 1896.
Para pelopor dalam suatu bidang pengetahuan selalu memandang bidang itu dengan cara baru. Persoalan yang mereka kemukakan mengenai apa yang mereka lihat sangat berbeda dengan yang dikemukakan para pendahulunya. Freud pun merintis cara yang amat berbeda untuk memahami eksistensi manusia. Namun demikian, seperti halnya teori mana pun, psikoanalisis adalah suatu kontruksi – Freud  bahkan menganggapnya sebagai “mitologi” – dan ia tidak merupakan satu sistem monolitik yang dapat dipahami sebagai satu kesatuan.
Gagasan – gagasan Freud telah menjadi bagian dari kosakata kita sehari – hari, seperti konsep – konsepnya tentang ketaksadaran, represi, sublimasi, defense, kecemasan, ambivalensi, dan komplek Oedipus. Penyair W.H. Auden pernah menulis bahwa pemikiran Freud kini mewakili “seluruh iklim opini yang dengannya kita menjalani hidup secara berbeda.”
Dengan psikoanalisis, Freud melakukan banyak sanggahan terhadap pengetahuan-diri kita; yakin bahwa pandangan narsisme kita telah mengalami tiga pukulan telak. Pertama, Copernicus telah membuktikan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari dan bukan sebaliknya; Kedua, Darwin menunjukkan bahwa manusia berasal dari sejenis kera dan bukan dari dewa. Lantas psikoanalisis melancarkan pukulan paling telak di antara semuanya: soal terakhir yang ingin diketahui manusia adalah bahwa ego “bukanlah tuan di rumahnya sendiri”.
Dari perspektif Marx telah mengutarakan bahwa manusia adalah produk sistem social dan sistem kelas di mana manusia terlahir. Dalam semua pernyataan tersebut, terdapat suatu decentring umum yang radikal terhadapa manusia, dari posisinya yang berdaulat di alam semesta. Freud menandaskan, bahwa kemauan – kemauan kita bahkan hanyalah produk dari proses dinamis dalam diri kita yang tidak kita sadari. Kehendak – kehendak tak sadar itu merupakan titik puncaknya dan hakikatnya sering kali bersifat seksual,  berkaitan dengan pengalaman – pengalaman kita di masa kanak – kanak.
Freud menyatakan bahwa segala perilaku manusia dapat dipahami sebagai sesuatu yang mengandung arti atau signifikan, dan bahwa arti – arti tersebut seringkali tak diketahui (secara sadar) oleh individu karena arti – arti itu terepresi. Freud juga menyatakan bahwa hasrat dan kehendak yang paling kerap terepresi adalah hasrat seksual yang terlarang dalam kehidupan konvensional sehari – hari kita dan disebabkan pelbagai alasan, umumnya tak dapat diterima oleh pikiran sadar seseorang yang memiliki hasrat itu. hasrat tersebut disingkirkan atau direpresi dari kesadaran sehingga menjadi “tak sadar”. Dengan kata lain, karena kita tak bersedia mengakui dan hidup bersama hasrat – hasrat itu dalam kehidupan sadar kita, maka kita berusaha mengingkarinya. Akan tetapi hasrat itu tetap saja eksis “secara tak sadar”.

Psikoanalisis sering dianggap sebagai terapi saja. Bahwa Freud adalah seorang praktisi medis seperti sesame psikoanalisis lainnya. Sebelumnya, ganggua mental ditangani oleh para dokter dan ahli psikiater. Freud tidak menyangkal pentingnya faktor – faktor organis dan kebutuhan dalam terbentuknya penyakit mental. Namun ia berbeda dengan para Ahli psikiatri yang berorientasi organis ketika ia menegaskan bahwa ada faktor – faktor lain yang menyebabkan penyakit mental. Menurut Freud, psikoanalisis berusaha menemukan arti di balik pengalaman seorang penederita penyakit mental, untuk membuat sadar segala kehendak, harapan, motif dan sebagainya yang tak-sadar, yang menjadi dasar penyakit mental itu. faktor – fakto organis ataupun genetis mungkin memberikan predisposisi bagi bentuk perilaku tersebut, namun hal itu belum merupakan penjelasan sepenuhnya.
Freud menganggap psikoanalisis lebih dari sekedar terapi; ia memandang psikoanalisis terutama sebagai ilmu pengetahuan atau metodologi. Bahkan Freud amat yakin bahwa terapi tidak akan merusak ilmu pengetahuan atau disiplin intelektual psikoanalisis dapat dipandang menurut sejumlah aspeknya:
1.      Sebuah metode penelitian mengungkap arti tak-sadar dalam kata – kata, tindakan, mimpi, fantasi, atau secara umum, pengalaman seseorang atau produk cultural tertentu, seperti karya sastra atau mitos. Arti – arti tak sadar itu biasanya tidak dapat diakses lewat cara lain.
2.      Suatu bentuk psikoterapi atau metode untuk membantu para penderita neurotic dalam memahami dirinya sendiri dan sembuh berkat terapi-pemahaman ini.
3.      Sebuah bangunan pengetahuan mengenai hakikat pengalaman manusia yang disimpulkan dari data yang dihasilkan lewat metode penelitian serta perawatan psikoanalisis.
4.      Suatu pandangan filsafat tentang peradaban atau kebudayaan yang didasarkan pada pandangan psikoanalisis atas psike manusia.

Semua aspek psikoanalisis di atas secara umum setidaknya mengandung pengertian bahwa: psikoanalisis adalah studi tentang ketaksadaran serta bagaimana kaitannya dengan fenomena sadar. Focus atau objek spesifik psikoanalisis adalah realitas psikis, dunia fantasi yang terdalam, dan bukannya dunia eksternal.
Psikonanlisis menaruh perhatian pada relasi antara realitas eksternal dan internal, namun penekanannya psikonalaisis adalah pada eksplorasi peranan dunia pengalaman yang tak-sadar dalam kehidupan kita. Ini bukan hanya berupa mimpi – mimpi, kesalahan – kesalahan ucapan dan neurosis Freudian, namun juga mencakup aspek – aspek psikoanalitik kebudayaan yang dieksplorasi Freud dalam pelbagai karyanya.
Karya – karya tersebut:
a.       Totem dan Taboo (1913)
b.      Group Psychology and the Analysis of the Ego (1921)
c.       The Future of an Illusion (1927) - studi tentang kebutuhan kita akan agama
d.      Civilization and Its Discontents (1930)

Menurut Freud, pasien yang mengalami orang tuannya sebagai orang yang pemalu dan banyak menghindar seringkali akan memperlakukan si analis sebagai orangtua yang pemalu dan suka menghindar. Serupa dengan itu, seseorang yang pernah merasakan perlakuan istimewa dalam hidupnya (umpamanya, diperlakukan sebagai anak yang paling disayang dalam keluarga) bisa beranggapan bahwa ia adalah pasien istimewa dasi si analis. Namun demikian, si analis tidak akan menanggapinya dengan cara yang serupa seperti tanggapan pasien terhadap orang – orang lain yang ia anggap signifikan itu – justru si analis akan menganalisis apa yang dikatakan oleh pasien; si analis akan berusaha memahami dan mengkomunikasikannya dengan pasien sehingga pasien pun akan dapat mempelajarinya.
Transferensi itu – dimana seseorang memperlakukan orang lain bukan sebagai dia sebenarnya, tetapi seolah – olah sebagai orang yang berbeda – terjadi dalam sebagian besar, atau bahkan seluruh, hubungan kita. Akan tetapi, terapi analitik menyediakan suatu cara tertentu di mana pasien dapat merefleksikan dan mempelajari adanya transferensi itu sehingga tidak sekadar menurutinya saja.
Freud berpendapat bahwa kita senantiasa terlibat dalam suatu hubungan dengan orang lain. Oleh sebab itu, bagi Freud, psikologi individual sekaligus selalu merupakan psikologi social. Pandangan ini terlihat jelas dalam teorinya tentang psiko – seksualitas, yang bukan merupakan teori biologi tetapi jauh melampauinya. Teori Freud tentang kompleks-Oedipus, yang diilhami oleh drama Sophocles, Oedipus Rex, membahas perasaan – perasaan cinta dan benci yang dialami seorang anak terhadap orangtuanya, dan hal ini memainkan peranan penting dalam membentuk kepribadian dan nafsu.
Menurut Freud (1920) kehidupan mental kita dikendalikan oleh dua prinsip dasar: prinsip kesenangan dan prinsip kenyataan. Prinsip kesenangan mengarah pada pemuasan sesaat atas keingninan – keinginan kita lewat jalan yang paling pintas serta menghindari ketaksenangan. Prinsip ini harus dilihat dalam kaitannya yang erat dengan prinsip kenyataan, yang memodifikasi prinsip kesenangan serta menunda kepuasan sesaat, menempuh perjalanan yang lebih sulit, yang dituntut oleh sikap menerima syarat – syarat yang diciptakan oleh dunia luar.
Dengan demikian prinsip kenyataan adalah syarat esensial bagi tercapainya tujuan – tujuan prinsip kesenangan karena cara terbaik yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan.
Namun Freud juga mengembangkan prinsip yang lebih vital: “hasrat terhadap kematian” terdapat “di seberang prinsip kesenangan”. Dua prinsip pengendali yang terpenting di alam semesta ini adalah kreasi dan destruksi, kehidupan dan kematian.
Beberapa lama kemudian, Freud (1923) mengemukakan gagasannya yang terkenal mengenai “model structural” pikiran , yang menjelaskan bahwa pikiran kita terdiri dari id, ego, superego (istilah bahasa Jerman itu bisa diterjemahkan menjadi it, I, dan Over-me “dia”, “aku” dan “yang mengatasiku”). Psikoanalisis tidaklah ego-sentris: “dia” yang tak-sadar, bagi Freud adalah sesuatu yang fundamental. Tugas psikoanalisis adalah melakukan decentring terhadap ego, dan bukan mengadaptasikan diri kepadanya.
Ketegangan dan konflik yang tak terelakkan antara tuntutan – tuntutan pelbagai dorongan dan efek peradaban yang melemahkan, akan menyebabkan terjadinya kegelisahan terus – menerus yang disebabkan oleh keharusan berkompromi. Kegelisahan kita adalah harga yang kita bayar demi keuntungan – keuntungan dalam peradaban yang dibangun di atas represi terhadap hasrat – hasrat kita; kita telah “menukar satu porsi kemungkinan memperoleh kesenangan dengan satu porsi kemungkinan memperoleh kesenangan dengan satu porsi keamanan”.
Bahkan Freud mempertanyakan, apakah segala tindakan itu sungguh sebanding dengan masalah – masalah yang ditimbulkan?

Sementara kebudayaan Freud sendiri bahkan tak dapat menyediakan baginya “satu porsi keamanan”. Pada tahun 1938, kelompok Nazi menduduki tanah – airnya, Austria. Freud berhasil melarikan diri dari Wina tahun 1938 itu dan “meninggal dalam kebebasan” di London tahun 1939, kurang dari tiga minggu sesudah pecahnya Perang Dunia II.

*Douglas Kirsner adalah pengajar senior untuk bidang filsafat dan sejarah ide – ide di Universitas Deakin. Tahun 1977 ia membentuk The Deakin University Annual Freud Conference yang selanjutnya ia pimpin. Douglas baru saja merampungkan bukunya, American Psychoanallysis Amerika yang diterbitkan oleh University of California Press tahun 1992. Ia adalah editor buku The Public Intellectual.

Judul Buku: Teori – teori Sosial: Observsi Kritis terhadap Para Filosof Terkemuka (terjemahan)
Penulis: Peter Beilharz
Penerbit: Pustaka Pelajar Offset
Kota: Yogyakarta
Tahun: 2005
Jumlah Hlm.: 403 hlm
Hlm ringkasan: 179 – 187
ISBN: 979 – 9483 – 67 – 0
e-mail: pustakapelajar@telkom.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.