SELAMAT DATANG SOBAT !!!! Terimakasih telah berkunjung ke ABADIORKES

4.16.2012

EKSITENSI KEHIDUPAN-NYA LEBIH DARI PENEBUSAN DOSA: Lahir – Mati – Bangkit – Naik


EKSITENSI KEHIDUPAN-NYA LEBIH DARI PENEBUSAN DOSA: Lahir – Mati – Bangkit – Naik

Dogmatis yang diberitakan lewat hukum taurat (atau yang lebih dikenal dengan Kitab Perjanjian Lama) yang menyatakan bahwa manusia, lahir – mati – bangkit – pengangkatan, 4 proses dalam satu siklus yang sebelum masehi (SM) masih terasa transedental, utopia dan cenderung idealistik, telah menimbulkan banyak pelencengan interpretasi dan hermeneutik Kitab Perjanjian Lama. Tidak sedikit pula yang menganggap bahwa Kitab Perjanjian Lama hanya sekedar ‘buku fiksi’ dan tidak logis. Fenomena ini didukung dengan lahirnya para filsuf dan ilmuwan yang memanifestasikan pemikiran dan mengentitaskan penemuannya tidak didasarkan nilai – nilai spiritualitas. Alhasil pemikiran yang cenderung materialistik ini melahirkan kekacauan seperti perang – menghancurkan pondasi perikemanusian. Dinamika kehidupan 

 
Sebelum Masehi memang cukup pelik. Bangsa yahudi yang dahulunya pernah dijanjikan diantara mereka akan terlahir dari seorang Juru Selamat, ternyata tidak cukup sabar menunggu kedatangan – Nya, dan dampak penantian yang menurut versi mereka hanya ‘bualan’ menimbulkan anti-pati terhadap keyakinan validitas Kitab Perjanjian Lama. Polemik ini diperburuk dengan munculnya aliran – aliran dinamisme, animisme, ateis, apoteis, yang semuanya adalah bentuk apostasi (pengingkaran agama) sebagai wujud keputus-asaan penantian yang telah dijanjikan.
Namun ternyata, Causa Prima (Sang Pencipta), tiada pernah ingkar. Ketidaksabaran manusia kala itu menjadi sifat mendasar manusia yang perlu diperbaiki. Karena janji-Nya adalah nyata.
Oleh karena kasih sayangnya kepada spesies manusia, akhirnya Causa Prima mengkonkretkan (dalam bahasa Alkitab adalah Penggenapan), bentuk dan prototipe kehidupan sejati yang seharusnya dinggap sangat penting dilakukan manusia. Causa Prima menghadirkan rupa yang tidak lain serupa dengan manusia itu sendiri. Maka terkonkretkan bahwa “Dia seturut gambar dan rupa Manusia.”
Laiknya manusia, Dia pun mengalami siklus kehidupan dan hidup seperti kita.

Pertanyaannya adalah, Bagaimana seorang Causa Prima, Sang Maha Segalanya, mau turun dan menjadi lebih ‘intim’ dengan manusia?

Satu kata menjawab kekusutan pencarian jawaban atas pertanyaan reflektif diatas, yaitu – KASIH SAYANG.
Dia menyayangi makhluk yang disebut Manusia.

Kehadiran Tuhan Yesus kedunia, mengubah segalanya. Banyak pergeseran paham – paham yang telah muncul sebelumnya. Kehadiran-Nya membalikkan hampir semua Mind Set manusia. Layaknya pembangunan Menara Babel yang didasarkan pada kesombongan dan hampir selesai dibangun, seketika hancur dan roboh. Begitu juga kedatangan Tuhan Yesus menghancurkan semua paham – paham sesat yang lahir atas keputus-asaan penantian.

Menyaksikan kehadiran-Nya di dunia, didasarkan pada landasan KASIH SAYANG, dan bentuk yang lebih konkret dari KASIH SAYANG – Nya adalah
Pertama, Dia ingin membertahu bahwa kehidupan yang diingingkan-Nya adalah seperti Tuhan Yesus. Dia terlahir sebagai pedoman hidup manusia, dan harapan Causa Prima, manusia bisa hidup seperti Tuhan Yesus. Setidaknya manusia bisa hidup berdasarkan paham yang dianut Tuhan Yesus, yaitu KASIH. Namun permasalahannya adalah, sudah sejauh mana kita memiliki sebuah paham KASIH? Atau barangkali adakah PAHAM atau FILOSOFI hidup kita?

Kedua, Dia ingin mengubah bentuk pertobatan yang kompleks menjadi pertobatan sederhana, namun esensinya adalah lebih pada keyakinan dan iman. Sebagai contoh adalah, bagaiaman seorang koruptor (Zakeus) terselamatkan atas dosa yang telah banyak dia lakukan dalam hitungan jam. Ketika Dia datang dan bertamu ke rumah Zakeus, ternyata Zakeus melakukan hal yang sederhana untuk bertobat yaitu, membagi – bagikan hartanya kepada semua orang dan yang merasa dirugikan akan dikembalikan dua-kali lipat. Sederhana dan praktis, pertobatan yang dilakukan Zakeus. Tetapi esensinya adalah bagaimana dia bisa begitu yakin dan percayanya bahwa kedatangan Tuhan Yesus ke rumahnya adalah momentum yang tepat untuk merendahkan diri dan yakin Tuhan Yesus akan mengampuninya. Barangkali menurut hemat saya, Dia tidak terlalu mementingkan bagaimana seorang bertobat, tetapi bagaimana iman dan keyakinan kita percaya bahwa kita berdosa dan hanya Dia yang bisa mengampuninya.

Ketiga, Dia terbuka bagi siapa saja dan mengajarkan manusia juga untuk terbuka bagi siapa saja khususnya sesama. Saya teringat pada kejadian dimana ketika di sebuah restro ada seorang yang berpakaian sederhana, bisa dikatakan tidak lazim dipakai khususnya bagi kaum borjuis, duduk sambil mengangkat tangannya untuk memesan sesuatu. Namun berapa kali mengancungkan tangan, para pelayan tak kunjung mendatanginya. Masih di dalam satu restro namun di meja yang berbeda, ada seorang yang memakai jas berdasi dan berpantofel hitam kilat, yang baru datang. Sesaat saja, seorang pelayan langsung mendatangi orang tersebut. Tak sabar akhirnya seorang yang berpakaian sedikit compang tadi mendatangi salah seorang pelayan, dan memesan makanan untuk dimakan. Ekspresi yang kontradiksi pun terlihat ketika merespon dia dibandingkan keramahannya merespon pria berjas dan berdasi tadi.
Pada dasarnya, tidak ada alasan untuk manusia untuk tidak terbuka karena Causa Prima terbuka bagi siapa saja, kecuali jika kita tidak/belum percaya/yakin bahwa Causa Prima (Sang Pencipta) ada.

Keempat, Dia ingin memberitahukan kita bahwa seperti Tuhan Yesus, kita manusia juga mengalami siklus, Lahir – Mati – Bangkit – Pengangkatan. Namun letak permasalahannya adalah, apakah kita betul – betul percaya bahwa setelah kita mati, kita akan bangkit dan diangkat?
Selama ini mulut kita selalu meng-iyakan hal ini, tetapi apakah iman kita memang betul – betul yakin dengan siklus kehidupan ini?
Karena kita sering melihat begitu banyak manusia yang masih ragu, kehidupan setelah kematian (after Here/ After Died). “Kalau kita yakin bahwa kita lahir berdasarkan Ketuhanan, lalu mengapa kita tidak yakin bahwa tujuan kehidupan adalah Ketuhanan, dan mengapa juga kita tidak hidup berdasarkan Ketuhanan”.
Bagaimanapun hal yang paling rumit adalah mempercayai yang tidak bisa ditangkap oleh indera. Para filsuf pun masih sering mempertentangkan, apakah segala sesuatunya adalah hasil pencernaan indera, atau pikiran atau iman?
Sebagai contoh, sekuntum bunga, melalui indera kita bisa tahu bahwa, bunga itu adalah sekuntum mawar merah, namun dalam konteks pikiran, kita mengetahui ada sekuntum mawar karena kita berpikir bahwa itu adalah mawar, dan berdasarkan konteks iman, sekuntum mawar adalah keindahan Causa Prima.

Sebenarnya selain keempat diatas, masih banyak yang ingin Dia sampaikan lewat kehadiran Tuhan Yesus kepada manusia. Hanya saja menurut hemat penulis, keempat hal ini adalah yang paling sederhana. Dan lebih dari itu, ada hal yang ingin kita saksikan bersama, bahwa entitas dokmah “Dia datang untuk menebus dosa menusia” masih terlihat abstrak. Karena yang Dia mau, manusia bukan sekedar hidup tanpa dosa, melainkan hidup seperti yang telah dicontohkan.
Tuhan Yesus juga bukan sekedar prototype klise, melainkan wujud KASIH SAYANG yang paling konkret.

Dalam momentum paskah ini, saya ingin mengajak kita semua untuk merefleksikan kehadiran Tuhan Yesus yang kita percayai pernah Lahir – Mati – Bangkit – pengangkatan, dan eksistensinya adalah padoman yang bisa kita lakukan.
Dia pernah terlahir sebagai manusia, dan kita juga manusia. Dia mengintimkan komunikasi dengan Causa Prima, dan makna “Akulah jalan keselamatan dan Hidup, dan perantara kepada BAPA”, bukan sekedar penutup doa – doa kita, lebih dari itu Dia ingin memberitahu bahwa bisakah manusia seperti MANUSIA yang pernah terlahir – mati – bangkit – Naik, ini yaitu Tuhan Yesus?
Kedatangannya lebih dari sekedar dogmatis “Menebus Dosa”.

Semoga pribadi kita kiranya tidak menyia – nyiakan kehadiran-Nya 2000 tahun yang lalu. Selamat PASKAH buat kita semua, dan semoga kita tidak seperti mereka yang tidak sabar menunggu kedatangan-Nya, melainkan kita adalah manusia yang selalu tekun melakukan apa yang pernah dilakukan Tuhan Yesus di dunia, sembari tekun menanti kedatangan-Nya kedua kali, karena JANJI-NYA NYATA.

Ut Omnes Unum Sint!
Syalom!
Tuhan Memberkati!

Ini Paskah, bertanggal: 8 + 4 =’12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.