EKSITENSI
KEHIDUPAN-NYA LEBIH DARI PENEBUSAN DOSA: Lahir – Mati – Bangkit – Naik
Dogmatis
yang diberitakan lewat hukum taurat (atau yang lebih dikenal dengan Kitab
Perjanjian Lama) yang menyatakan bahwa manusia, lahir – mati – bangkit –
pengangkatan, 4 proses dalam satu siklus yang sebelum masehi (SM) masih terasa
transedental, utopia dan cenderung idealistik, telah menimbulkan banyak
pelencengan interpretasi dan hermeneutik Kitab Perjanjian Lama. Tidak sedikit
pula yang menganggap bahwa Kitab Perjanjian Lama hanya sekedar ‘buku fiksi’ dan
tidak logis. Fenomena ini didukung dengan lahirnya para filsuf dan ilmuwan yang
memanifestasikan pemikiran dan mengentitaskan penemuannya tidak didasarkan
nilai – nilai spiritualitas. Alhasil pemikiran yang cenderung materialistik ini
melahirkan kekacauan seperti perang – menghancurkan pondasi perikemanusian. Dinamika
kehidupan
Sebelum Masehi memang cukup pelik. Bangsa yahudi yang dahulunya pernah dijanjikan diantara mereka akan terlahir dari seorang Juru Selamat, ternyata tidak cukup sabar menunggu kedatangan – Nya, dan dampak penantian yang menurut versi mereka hanya ‘bualan’ menimbulkan anti-pati terhadap keyakinan validitas Kitab Perjanjian Lama. Polemik ini diperburuk dengan munculnya aliran – aliran dinamisme, animisme, ateis, apoteis, yang semuanya adalah bentuk apostasi (pengingkaran agama) sebagai wujud keputus-asaan penantian yang telah dijanjikan.
Sebelum Masehi memang cukup pelik. Bangsa yahudi yang dahulunya pernah dijanjikan diantara mereka akan terlahir dari seorang Juru Selamat, ternyata tidak cukup sabar menunggu kedatangan – Nya, dan dampak penantian yang menurut versi mereka hanya ‘bualan’ menimbulkan anti-pati terhadap keyakinan validitas Kitab Perjanjian Lama. Polemik ini diperburuk dengan munculnya aliran – aliran dinamisme, animisme, ateis, apoteis, yang semuanya adalah bentuk apostasi (pengingkaran agama) sebagai wujud keputus-asaan penantian yang telah dijanjikan.
Namun
ternyata, Causa Prima (Sang
Pencipta), tiada pernah ingkar. Ketidaksabaran manusia kala itu menjadi sifat
mendasar manusia yang perlu diperbaiki. Karena janji-Nya adalah nyata.
Oleh
karena kasih sayangnya kepada spesies manusia, akhirnya Causa Prima mengkonkretkan (dalam bahasa Alkitab adalah
Penggenapan), bentuk dan prototipe kehidupan sejati yang seharusnya dinggap
sangat penting dilakukan manusia. Causa
Prima menghadirkan rupa yang tidak lain serupa dengan manusia itu sendiri.
Maka terkonkretkan bahwa “Dia seturut gambar dan rupa Manusia.”
Laiknya
manusia, Dia pun mengalami siklus kehidupan dan hidup seperti kita.
Pertanyaannya
adalah, Bagaimana seorang Causa Prima, Sang
Maha Segalanya, mau turun dan menjadi lebih ‘intim’ dengan manusia?
Satu
kata menjawab kekusutan pencarian jawaban atas pertanyaan reflektif diatas,
yaitu – KASIH SAYANG.
Dia
menyayangi makhluk yang disebut Manusia.
Kehadiran
Tuhan Yesus kedunia, mengubah segalanya. Banyak pergeseran paham – paham yang
telah muncul sebelumnya. Kehadiran-Nya membalikkan hampir semua Mind Set manusia. Layaknya pembangunan
Menara Babel yang didasarkan pada kesombongan dan hampir selesai dibangun,
seketika hancur dan roboh. Begitu juga kedatangan Tuhan Yesus menghancurkan
semua paham – paham sesat yang lahir atas keputus-asaan penantian.
Menyaksikan
kehadiran-Nya di dunia, didasarkan pada landasan KASIH SAYANG, dan bentuk yang
lebih konkret dari KASIH SAYANG – Nya adalah
Pertama, Dia
ingin membertahu bahwa kehidupan yang diingingkan-Nya adalah seperti Tuhan
Yesus. Dia terlahir sebagai pedoman hidup manusia, dan harapan Causa Prima, manusia bisa hidup seperti
Tuhan Yesus. Setidaknya manusia bisa hidup berdasarkan paham yang dianut Tuhan
Yesus, yaitu KASIH. Namun permasalahannya adalah, sudah sejauh mana kita
memiliki sebuah paham KASIH? Atau barangkali adakah PAHAM atau FILOSOFI hidup
kita?
Kedua, Dia
ingin mengubah bentuk pertobatan yang kompleks menjadi pertobatan sederhana, namun
esensinya adalah lebih pada keyakinan dan iman. Sebagai contoh adalah,
bagaiaman seorang koruptor (Zakeus) terselamatkan atas dosa yang telah banyak
dia lakukan dalam hitungan jam. Ketika Dia datang dan bertamu ke rumah Zakeus,
ternyata Zakeus melakukan hal yang sederhana untuk bertobat yaitu, membagi –
bagikan hartanya kepada semua orang dan yang merasa dirugikan akan dikembalikan
dua-kali lipat. Sederhana dan praktis, pertobatan yang dilakukan Zakeus. Tetapi
esensinya adalah bagaimana dia bisa begitu yakin dan percayanya bahwa
kedatangan Tuhan Yesus ke rumahnya adalah momentum yang tepat untuk merendahkan
diri dan yakin Tuhan Yesus akan mengampuninya. Barangkali menurut hemat saya,
Dia tidak terlalu mementingkan bagaimana seorang bertobat, tetapi bagaimana
iman dan keyakinan kita percaya bahwa kita berdosa dan hanya Dia yang bisa
mengampuninya.
Ketiga, Dia
terbuka bagi siapa saja dan mengajarkan manusia juga untuk terbuka bagi siapa
saja khususnya sesama. Saya teringat pada kejadian dimana ketika di sebuah
restro ada seorang yang berpakaian sederhana, bisa dikatakan tidak lazim
dipakai khususnya bagi kaum borjuis, duduk sambil mengangkat tangannya untuk
memesan sesuatu. Namun berapa kali mengancungkan tangan, para pelayan tak
kunjung mendatanginya. Masih di dalam satu restro namun di meja yang berbeda,
ada seorang yang memakai jas berdasi dan berpantofel hitam kilat, yang baru
datang. Sesaat saja, seorang pelayan langsung mendatangi orang tersebut. Tak
sabar akhirnya seorang yang berpakaian sedikit compang tadi mendatangi salah
seorang pelayan, dan memesan makanan untuk dimakan. Ekspresi yang kontradiksi
pun terlihat ketika merespon dia dibandingkan keramahannya merespon pria berjas
dan berdasi tadi.
Pada
dasarnya, tidak ada alasan untuk manusia untuk tidak terbuka karena Causa Prima terbuka bagi siapa saja,
kecuali jika kita tidak/belum percaya/yakin bahwa Causa Prima (Sang Pencipta) ada.
Keempat, Dia
ingin memberitahukan kita bahwa seperti Tuhan Yesus, kita manusia juga
mengalami siklus, Lahir – Mati – Bangkit – Pengangkatan. Namun letak
permasalahannya adalah, apakah kita betul – betul percaya bahwa setelah kita
mati, kita akan bangkit dan diangkat?
Selama
ini mulut kita selalu meng-iyakan hal ini, tetapi apakah iman kita memang betul
– betul yakin dengan siklus kehidupan ini?
Karena
kita sering melihat begitu banyak manusia yang masih ragu, kehidupan setelah
kematian (after Here/ After Died). “Kalau
kita yakin bahwa kita lahir berdasarkan Ketuhanan, lalu mengapa kita tidak
yakin bahwa tujuan kehidupan adalah Ketuhanan, dan mengapa juga kita tidak
hidup berdasarkan Ketuhanan”.
Bagaimanapun
hal yang paling rumit adalah mempercayai yang tidak bisa ditangkap oleh indera.
Para filsuf pun masih sering mempertentangkan, apakah segala sesuatunya adalah
hasil pencernaan indera, atau pikiran atau iman?
Sebagai
contoh, sekuntum bunga, melalui indera kita bisa tahu bahwa, bunga itu adalah
sekuntum mawar merah, namun dalam konteks pikiran, kita mengetahui ada sekuntum
mawar karena kita berpikir bahwa itu adalah mawar, dan berdasarkan konteks
iman, sekuntum mawar adalah keindahan Causa
Prima.
Sebenarnya
selain keempat diatas, masih banyak yang ingin Dia sampaikan lewat kehadiran
Tuhan Yesus kepada manusia. Hanya saja menurut hemat penulis, keempat hal ini
adalah yang paling sederhana. Dan lebih dari itu, ada hal yang ingin kita
saksikan bersama, bahwa entitas dokmah “Dia datang untuk menebus dosa menusia”
masih terlihat abstrak. Karena yang Dia mau, manusia bukan sekedar hidup tanpa
dosa, melainkan hidup seperti yang telah dicontohkan.
Tuhan
Yesus juga bukan sekedar prototype klise, melainkan wujud KASIH SAYANG yang
paling konkret.
Dalam
momentum paskah ini, saya ingin mengajak kita semua untuk merefleksikan
kehadiran Tuhan Yesus yang kita percayai pernah Lahir – Mati – Bangkit –
pengangkatan, dan eksistensinya adalah padoman yang bisa kita lakukan.
Dia
pernah terlahir sebagai manusia, dan kita juga manusia. Dia mengintimkan
komunikasi dengan Causa Prima, dan
makna “Akulah jalan keselamatan dan Hidup, dan perantara kepada BAPA”, bukan
sekedar penutup doa – doa kita, lebih dari itu Dia ingin memberitahu bahwa
bisakah manusia seperti MANUSIA yang pernah terlahir – mati – bangkit – Naik,
ini yaitu Tuhan Yesus?
Kedatangannya
lebih dari sekedar dogmatis “Menebus Dosa”.
Semoga
pribadi kita kiranya tidak menyia – nyiakan kehadiran-Nya 2000 tahun yang lalu.
Selamat PASKAH buat kita semua, dan semoga kita tidak seperti mereka yang tidak
sabar menunggu kedatangan-Nya, melainkan kita adalah manusia yang selalu tekun
melakukan apa yang pernah dilakukan Tuhan Yesus di dunia, sembari tekun menanti
kedatangan-Nya kedua kali, karena JANJI-NYA NYATA.
Ut Omnes Unum Sint!
Syalom!
Tuhan Memberkati!
Ini Paskah, bertanggal: 8 + 4 =’12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.