EKSISTENSI
SUBSIDI DAN ENTITAS FATALISME
SAPERE
AD SOBRIETATEM (hati – hati dan bijaksana)
-Henry
Kamen
Alih – alih untuk mensejahterahkan
rakyat, efektivitas subsidi berujung pada lahirnya karakter kemalasan dan
pasrah pada keadaan. Seperti piramida, puncaknya pada pembodohan. Fenomena
subsidi bisa menjadi penghambat potensi – potensi masyarakat untuk berusaha
mempertahankan hidup.
Pada dasarnya manusia dilahirkan dengan
memiliki rasa, karsa, dan cipta yang ketiga hal ini merupakan potensi yang ada
pada setiap manusia (Suparlan:53). Namun tiga unsur ini tidak akan tereksplorasi
dengan baik ketika manusia itu sendiri telah merasa seolah – olah ‘nyaman’
namun menderita.
Eksistensi
Subsidi
Menilik perjalanan serta asal-mula
lahirnya subsidi ditenggarai sebagai bentuk tanggung jawab Negara terhadap
kesejahteraan rakyat. Kebijakan seperti ini positif dan dianggap baik ketika
jenis subsidi yang diberikan tepat guna dan tepat sasaran. Tepat guna, yaitu ketika jenis subsidi yang diberikan memang
berawal dari permasalahan mendasar dan sudah tidak bisa lagi diselesaikan oleh
masyarakat. Dalam kesulitan inilah pemerintah lalu memberikan subsidi atas
permasalahan yang terjadi. Tepat sasaran,
yaitu kebijakan subsidi harus didapat oleh masyarakat secara objektif atas
realita kondisi yang terjadi di lapangan. jika kita test case (uji kasus) kebijakan
– kebijakan subsidi yang diberikan pemerintah seperti Raskin (Beras Miskin)
dimana kebijakan ini cenderung tidak tepat guna dan tidak tepat sasaran. Tidak
tepat guna ketika Negara kita yang pernah menjadi Negara swasembada pangan
(beras), dewasa ini menjadi pengekspor beras. Ditambah lagi masyarakat
diberikan Raskin yang esensinya tidak ada. Karena masyarakat sendiri bisa
mencari bahkan memproduksi beras secara mandiri dan mempasarkannya. Sehingga
Raskin menjadi tidak tepat guna apalagi bila dikomparasikan dengan permasalahan
lebih kompleks lainnya yang ada ditengah – tengah masyarakat yang masih belum
bisa diselesaikan masyarakat. Selanjutnya tidak tepat sasaran, ketika yang
mendapatkan subsidi ini tidak benar – benar berada pada lingkaran permasalahan
ini. Menjadi lucu ketika petani juga ‘kebagian’ Raskin padahal dia sendiri pun
bisa menghasilkan beras untuk mencukupi kehidupannya.
Oleh karena itu, pemerintah seharusnya
meng-kroscek dan mengevaluasi kebijakan – kebijakan subsidi yang selama ini
sudah dilakukan dengan ‘tameng’ untuk mensejahterahkan rakyat. Padahal masih
banyak permasalahan masyarakat yang seharusnya membutuhkan kebijkan seperti
subsidi ini untuk meningkatkan kesejahteraan secara objektif.
Subsidi seyogianya dilatarbelakangi
realitas dan kondisi yang betul – betul sentral dan bersifat solutif atas
permasalahan yang terjadi didasarkan pada tepat guna dan tepat sasaran.
Entitas
Fatalisme
Substansi subsidi adalah pensejahteraan
masyarakat. Tetapi disisi lain subsidi dapat mengakibatkan entitas fatalisme
dan menjadi ancaman serius jika sampai membelenggu kita. Fatalisme adalah
sindrom negatif yang menciptakan masyarakat menjadi pasrah terhadap nasib.
Sindrom fatalisme bukan merupakan solusi melainkan bentuk pembodohan. Asumsinya
adalah pemberian subsidi bisa menjadi bumerang yang bisa menciptakan pembodohan
massal.
Hal ini tentunya perlu menjadi perhatian
pemerintah agar bisa memberikan subsidi yang betul – betul efektif tanpa
menciptakan sindrom fatalisme. Salah satunya adalah dengan memberikan subsidi
yang tepat guna dan tepat sasaran. Dan pada proses distribusi subsidi,
pemerintah juga perlu melakukan pengawalan terhadap hal ini. Jika sindrom
fatalisme sudah menyebar akan menimbulkan penyakit kronis yaitu kemalasan. Dan
jika ini sampai terjadi, bukan tidak mungkin Negara kita berada pada status
berbahaya.
Oleh karena, pemerintah dalam hal ini
selaku pemangku kebijakan seharusnya bisa lebih arif untuk memberikan subsidi
kepada masyarakat karena disamping sisi positifnya, ternyata pemberian subsidi
bisa juga berdampak negatif dan kenegatifannya ini bisa menjadi ancaman bagi
karakter bangsa.
Hendry
Roris P. Sianturi
(Mahasiswa
Semester Akhir Program S1 Pendidikan Biologi, Universitas Lampung dan
Sekretaris GMKI cabang Bandarlampung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.