SELAMAT DATANG SOBAT !!!! Terimakasih telah berkunjung ke ABADIORKES

4.16.2012

EKSISTENSI SUBSIDI DAN ENTITAS FATALISME

EKSISTENSI SUBSIDI DAN ENTITAS FATALISME

SAPERE AD SOBRIETATEM (hati – hati dan bijaksana)
-Henry Kamen

Alih – alih untuk mensejahterahkan rakyat, efektivitas subsidi berujung pada lahirnya karakter kemalasan dan pasrah pada keadaan. Seperti piramida, puncaknya pada pembodohan. Fenomena subsidi bisa menjadi penghambat potensi – potensi masyarakat untuk berusaha mempertahankan hidup.
Pada dasarnya manusia dilahirkan dengan memiliki rasa, karsa, dan cipta yang ketiga hal ini merupakan potensi yang ada pada setiap manusia (Suparlan:53). Namun tiga unsur ini tidak akan tereksplorasi dengan baik ketika manusia itu sendiri telah merasa seolah – olah ‘nyaman’ namun menderita.

Eksistensi Subsidi
Menilik perjalanan serta asal-mula lahirnya subsidi ditenggarai sebagai bentuk tanggung jawab Negara terhadap kesejahteraan rakyat. Kebijakan seperti ini positif dan dianggap baik ketika jenis subsidi yang diberikan tepat guna dan tepat sasaran. Tepat guna, yaitu ketika jenis subsidi yang diberikan memang berawal dari permasalahan mendasar dan sudah tidak bisa lagi diselesaikan oleh masyarakat. Dalam kesulitan inilah pemerintah lalu memberikan subsidi atas permasalahan yang terjadi. Tepat sasaran, yaitu kebijakan subsidi harus didapat oleh masyarakat secara objektif atas realita kondisi yang terjadi di lapangan. jika kita test case (uji kasus) kebijakan – kebijakan subsidi yang diberikan pemerintah seperti Raskin (Beras Miskin) dimana kebijakan ini cenderung tidak tepat guna dan tidak tepat sasaran. Tidak tepat guna ketika Negara kita yang pernah menjadi Negara swasembada pangan (beras), dewasa ini menjadi pengekspor beras. Ditambah lagi masyarakat diberikan Raskin yang esensinya tidak ada. Karena masyarakat sendiri bisa mencari bahkan memproduksi beras secara mandiri dan mempasarkannya. Sehingga Raskin menjadi tidak tepat guna apalagi bila dikomparasikan dengan permasalahan lebih kompleks lainnya yang ada ditengah – tengah masyarakat yang masih belum bisa diselesaikan masyarakat. Selanjutnya tidak tepat sasaran, ketika yang mendapatkan subsidi ini tidak benar – benar berada pada lingkaran permasalahan ini. Menjadi lucu ketika petani juga ‘kebagian’ Raskin padahal dia sendiri pun bisa menghasilkan beras untuk mencukupi kehidupannya.
Oleh karena itu, pemerintah seharusnya meng-kroscek dan mengevaluasi kebijakan – kebijakan subsidi yang selama ini sudah dilakukan dengan ‘tameng’ untuk mensejahterahkan rakyat. Padahal masih banyak permasalahan masyarakat yang seharusnya membutuhkan kebijkan seperti subsidi ini untuk meningkatkan kesejahteraan secara objektif.
Subsidi seyogianya dilatarbelakangi realitas dan kondisi yang betul – betul sentral dan bersifat solutif atas permasalahan yang terjadi didasarkan pada tepat guna dan tepat sasaran.

Entitas Fatalisme
Substansi subsidi adalah pensejahteraan masyarakat. Tetapi disisi lain subsidi dapat mengakibatkan entitas fatalisme dan menjadi ancaman serius jika sampai membelenggu kita. Fatalisme adalah sindrom negatif yang menciptakan masyarakat menjadi pasrah terhadap nasib. Sindrom fatalisme bukan merupakan solusi melainkan bentuk pembodohan. Asumsinya adalah pemberian subsidi bisa menjadi bumerang yang bisa menciptakan pembodohan massal.
Hal ini tentunya perlu menjadi perhatian pemerintah agar bisa memberikan subsidi yang betul – betul efektif tanpa menciptakan sindrom fatalisme. Salah satunya adalah dengan memberikan subsidi yang tepat guna dan tepat sasaran. Dan pada proses distribusi subsidi, pemerintah juga perlu melakukan pengawalan terhadap hal ini. Jika sindrom fatalisme sudah menyebar akan menimbulkan penyakit kronis yaitu kemalasan. Dan jika ini sampai terjadi, bukan tidak mungkin Negara kita berada pada status berbahaya.
Oleh karena, pemerintah dalam hal ini selaku pemangku kebijakan seharusnya bisa lebih arif untuk memberikan subsidi kepada masyarakat karena disamping sisi positifnya, ternyata pemberian subsidi bisa juga berdampak negatif dan kenegatifannya ini bisa menjadi ancaman bagi karakter bangsa.

Hendry Roris P. Sianturi
(Mahasiswa Semester Akhir Program S1 Pendidikan Biologi, Universitas Lampung dan Sekretaris GMKI cabang Bandarlampung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.