SELAMAT DATANG SOBAT !!!! Terimakasih telah berkunjung ke ABADIORKES

1.31.2015

OFF ROAD DI GEDE PANGRANGO


Gbr.1
Bersama teman-teman bersantai sejenak di Kawasan Gunung Gede Pangrango

Di Minggu keempat bulan Januari 2014, aku mengukuti undangan Media Gathering yang diadakan PT. BNI Tbk. di Sentul, Bogor. Sabtu pagi (24/01) tepatnya pukul 09.00 WIB, aku bergegas dari Kalibata menuju Sudirman No.1, Kantor Pusat BNI selama sekitar setengah jam.

Setibanya di sana, para jurnalis lainnya sudah berkumpul di ruang lobi kantor bersama Dirut BNI, Gatot Mudiantoro Suwondo. Gatot tampil sederhana dengan kemeja putih garis-garis, Pria 60 tahun itu tengah asyik bercerita tentang dunia perbankan.

Gatot juga menyisipkan pengalamannya selama berkarir sebagai bankir. Gatot mempertegas bahwa para bankir tidak perlu khawatir menghadapj MEA. Adik ipar Ani Yudhoyono ini menyakini bankir Indonesia lebih hebat dari bankir negara ASEAN lainnya.

Sesekali Gatot berguyon memecah peliknya percakapan tentang perbankan. Tak lupa. Tak lupa Gatot menyeruput kopi di mejanya. Yang barangkali sudah mendingin akibat udara AC. Gatot juga menuturkan bagi masyarakat bahwa kewajiban tidak boleh mencapai 45% dari income (pemasukan).

Tujuannya agar tidak mempengaruhi pemenuhan sehari hari. “Contoh mau beli tv minjam tapi nggk sesuai dengan penghasilannya,” ujarnya sembari tertawa kecil

Dirut yang sudah menahkodai BNI selama 2 periode ini mengungkapkan strategi perencanaan keuangan dan persiapan pesiun dini. “Harus diakui persiapan pensiun masyarakat luar negeri lebih baik karena memang mereka lebih individual,” katanya membandingkan.

Anak dari anggota Kopasgat TNI ini saat bincang-bincang santai, ditemani tangan kanannya, Bimo Notowidigdo is Head of Treasury for BNI. Diskusi dengan sang dirut pun selesai jam 11 siang. Sembari menunggu bis, para jurnalis menikmati emilan dan kopi, bersiap menuju Sentul.

Saat bis pariwisata datang, kami langsung bergegas. Bis berwarna putih itu membawa sekitar 30 orang, termasuk para EO dan tim dari BNI. Di dalam bis, kami menikmati makan siang yang telah disediakan.

***


Gbr.2
Gerbang utama Hotel Lorin dan Sirkuit Sentul

Kami tiba di Hotel Lorin jam setengah 1 siang. Saat itu, kami tidak langsung masuk kamar lantaran para tamu belum check out dari kamar. Uniknya, tamu-tamu tersebut adalah jurnalis yang mengikuti Media Gathering yang diadakan oleh Pertamina.

Kata pihak hotel, check out mereka mundur hingga jam 2 siang. Akhirnya, kami menunggu di tempat bersantai, atap plastik berwarna merah. Aku dan seorang jurnalis senior dari pos kota, asyik saja bercakap tentang seteru BG dan BW alias cicak dan buaya.

Letak hotel Lorin tepat di samping sirkuit sentul loh. Hanya saja, waktu itu tidak ada latihan atau perlombaan balapan. Kami hanya menikmati teriknya pantulan aspal sirkuit sentul. Setelah tamu dari Pertamina check out dan kamar telah dirapikan, kami masuk ke kamar masing-masing..

Satu kamar terdiri dari dua orang. Aku dipasangkan dengan jurnalis dari Bumn Inside, media yang baru dibentuk oleh kementerian BUMN. Kami menempati kamar no. 4224 yang terletak di lantai 4. Tapi di lift, tombolnya bukan lantai 4 melainkan lantai 3A. Agak aneh juga.

Kamarnya tidak terlalu besar. Ada dua bed dan satu TV layar datar. Kamar mandi satu dilengkapi dengan westafel, WC duduk dan shower mandi. Tak lupa, peralatan mandi termasuk handuk sudah stand by di dalam kamar mandi.

Dari jendela kamar hotel kami, tampak sirkuit balap sentul dengan jelas. Selain itu kita juga bisa menikmati keindahan siluet bukit-bukit di yang melingkari daerah sentul. Kadang-kadang pandangan kita dialihkan dengan riak-riak suara pengunjung yang asyik berenang di kolam renang hotel yang letaknya persis di bawah gedung hotel.

Malamnya, para jurnalis mengikuti kelas jurnalistik di ruang auditorium yang terletak di lantai 1 hotel. Kami berdiskusi pengetahuan umum perbankan. Materi disampaikan oleh Bimo Notowidigdo. Sambil menyeruput kacang panas dan kopi yang tersaji di meja bundar, kami mendengarkan pemaparan materi. Setelah sesi tanya jawab selesai, aku kembali ke kamar hotel.

Minggu pagi, sekitar jam 9, kami bersiap berangkat ke kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat dengan mobil Land Rover. Pihak EO telah mempersiapkan 10 mobil buatan tahun 70an itu untuk Off Road di track gunung.

Perjalanan dari hotel ke daerah kawasan sekitar satu jam. Agar lebih efesien, kami melewati jalan tol. Setelah sampai di kawasan, kami memulai perjalanan dengan gundukan batu-batu kecil dan tanah-tanah becek. Selama perjalanan Off Road, jantung kami berdetak kencang, mata kami mawas karena harus melewati jalan sempit dan di sampingnya jurang yang terjal.

Belum lagi dengan kondisi hujan dan tanah becek. Selip sedikit, mobil bisa tergelincir ke jurang. Dalam perjalanan kami juga melewati pesantren agrokultural. Kata supir yang membawa kami, pesantren ini adalah markas besar FPI. Buset, letaknya lumayan jauh dari keramaian.


Gbr.3
Salah satu mobil mandek

Perjalanan berlanjut melewati kebun teh yang luas. Saat itu awan terlihat kelabu. Hujan membasahi kaca mobil. Ada satu momen, dimana mobil yang aku dan tiga rekan lainnya (beserta supir) tumpangi, sempat tidak stabil saat melewati jalan turunan yang licin dan curam.

Gbr.4
Keindahan kaki gunung dan kota Bogor

Bahkan mobil tua yang kami naiki hampir terbalik. Kaca mobil terbentur tebing dan pintu samping terbuka. Untung lah nggak sampai masuk ke jurang. Namun sialnya, tasku terjatuh. Yang lebih naas lagi, telepon selulerku ada di dalam.

Ketika jatuh, ban besar mobil land rover kami, menggilas tasku yang sudah tercelup lumpur. Saat aku ambil tasnya, untunglah kedua telepon genggam di dalamnya, nggak hancur. Huh

Setelah lambung dibok-obok selama 4 jam, kami akhirnya beristirahat sejenak di salah satu rumah makan kawasan gunung. Kata orang sekitar, rumah makan tersebut baru beroperasi satu tahun. Selain tempat makan, rumah makan itu sering digunakan sebagai tempat latihan nge-trak mobil-mobil jip karena memiliki track sederhana.

Gbr.5
Jeep Station Indonesia, tempat istirahat dan makan Siang


Setelah kenyang, kami kembali ke hotel sekitar jam setengah 3 siang melewati jalan tol yang sama. Jam setengah 4 kita tiba di hotel dengan pakaian yang berlumpur dan badan yang setengah lesu. Sekitar sejam, kami diberi kesempatan untuk bersih-besih dan packing sebelum kembali ke Jakarta. Sekitar jam 5 kita berangkat pulang ke ibukota kembali.

1 komentar:

Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.