Sesungguhnya, semua yang ditulis, diucapkan, dan dipikirkan
oleh Plato, sedikit banyaknya dipengaruhi oleh sang guru –Socrates. Bentuk
replikasi seperti ini memang sangat sering terjadi. Selanjutnya tulisan, sudut
pandang, dan pemikiran Aristoteles pun dipengaruhi oleh sang duru –Plato.
Sehingga manifestasi Aristotles, seperti buku, perkakas ilmiah dan sebagainya,
merupakan hasil adopsi dari Plato. Lalu, dapatkah kita sebut Plato dan
Aristoteles seorang plagiat?
Atau Gusdur yang meniru cara pandang ayahnya, Hasyim Wahid.
Atau Hasyim Wahid yang mengikuti sepak terjang kakek gusdur, Asy’ari Wahid.
Apakah ini disebut plagiat?
Atau Ikeda Toda (preside III SOKA, lembaga Perdamaian asal
Jepang) yang banyak meniru pemikiran Jasei Toda (presiden II SOKA). Ataupun
Toda yang mengikuti ide dan keteguhan Makighuci (Pendiri Lembaga SOKA). Apakah
ini disebut plagiat?
Menanggapi tulisan pak Bambang Trim (http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/20/plagiat-memang-seksi-561723.html)
tetang keskeptikannya terhadap aliran plagiatisme, yang menganggap tindakan
plagiat adalah sebuah dosa yang besar dalam dunia jurnalis. Kalau begitu,
seberapa dosakah, -Plato dan Aristo,-Gusdur dan ayahnya, Hasyim Wahid, -Ikeda
dan Toda, karena telah mengkopi tulisan, pemikiran-pemikiran, ide, cara
pandang, karakteristik ‘guru’ mereka?
Berkaca dari fenomena sekarang, kemajuan teknologi seirama
dengan meningkatnya kemampuan seseorang mencaplok dan meniru karya orang lain
termasuk tulisan. Tuts-tuts CTRL+C dan CTRL+V menjadi sahabat para plagiator.
Sehingga jika dilihat di papan keyboard,
sepertinya tuts yang paling buram, adalah tuts-tuts tersebut. Hanya saja
antisipasi dan judgment terhadap
plagiator justru akan paradoks jika disikapi dengan kurang bijak. Artinya,
adanya pandangan umum yang mengerikan tentang tindakan plagiat, akan membentuk
pola pikir yang sempit kepada seorang penulis untuk menciptakan suatu tulisan
karena the first mind yang ada di
kepala seorang penulis adalah ketakutan kalau-kalau tulisannya ternyata telah
dibuat orang lain sehingga takut disebut plagiat. Orang tersebut pun sudah
takut membuat tulisan lebih dulu. Ketakutan disebut plagiator, ketakutan karena
akan menerima pendiskreditan moral. Dan pembatasan ini akan justru menciderai
penciptaan kreativitas. Karena kreativitas tidak bisa terbentuk dengan
sendirinya. Kreativitas terbentuk karena adanya pengruh yang dirasakan oleh
indera kemudian terwujud dalam bentuk karya atau yang sering disebut dengan
manifestasi yang menjadi buah-buah pemikiran.
Maka dari itu, memandang sebelah mata atau skeptik seorang
plagiator bukan merupakan solusi dalam dunia kreativitas. Seharusnya perlu
dibuat aturan formal dan legal yang lebih humanis tentang batasan tindakan
plagiat yang dibuat dan diterapkan serta dipublikasikan ke public secara masif.
Agar seseorang perlu mempertimbangkan segala sesuatunya terkait aturan yang ada
untuk mengambil ide atau mereplikasi tulisan orang lain. Para pembaca dan masyarakat
pun perlu mengetahui aturan dan batasan dalam jurnalisme.
Seperti mencontek, plagiat adalah tindakan yang dapat
merugikan orang lain baik secara konkrit ataupun absurd. Namun tidak
sekonyong-konyong juga seseorang menghakimi seorang plagiator sebelum
mengetahui penyebab terjadinya pelanggaran tersebut atau sebelum menginvestigasi
bahwa benar tulisan tersebut adalah hasil plagiat. Karena bukan tidak mungkin,
suasana yang terlalu mengekang, akan menghambat munculnya kreativitas. Maksud
diri untuk menghindari tindakan plagiat, justru kita membatasi kreativitas.
Meniru dan mengembangkan suatu karya adalah hal yang sangat
penting. Karena pada dasarnya, tidak ada satu manusia yang berhasil menciptakan
sesuatu. Bahkan Isac Newton tidak pernah menciptakan hukum gravitasi. Dia hanya
‘kebetulan’ menemukan kebenaran yang sejati. Atau T.A.Edison yang menemukan
lampu. Bukan menjadi orang pertama di Dunia yang menemukan lampu. Karena belut
listrik sudah jauh tahun, dapat menghasilkan listrik dan cahaya. Ataupun
penemuan dan karya lainnya, semuanya hanya peniruan dan pengembangan. Kalau
begitu apakah saya dan Anda pun yang membuat sesuatu dapat disebut sebagai
peniru/plagiator?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.