SELAMAT DATANG SOBAT !!!! Terimakasih telah berkunjung ke ABADIORKES

8.21.2013

Salahkah Berplagiat?

Sesungguhnya, semua yang ditulis, diucapkan, dan dipikirkan oleh Plato, sedikit banyaknya dipengaruhi oleh sang guru –Socrates. Bentuk replikasi seperti ini memang sangat sering terjadi. Selanjutnya tulisan, sudut pandang, dan pemikiran Aristoteles pun dipengaruhi oleh sang duru –Plato. Sehingga manifestasi Aristotles, seperti buku, perkakas ilmiah dan sebagainya, merupakan hasil adopsi dari Plato. Lalu, dapatkah kita sebut Plato dan Aristoteles seorang plagiat?

Atau Gusdur yang meniru cara pandang ayahnya, Hasyim Wahid. Atau Hasyim Wahid yang mengikuti sepak terjang kakek gusdur, Asy’ari Wahid. Apakah ini disebut plagiat?

Atau Ikeda Toda (preside III SOKA, lembaga Perdamaian asal Jepang) yang banyak meniru pemikiran Jasei Toda (presiden II SOKA). Ataupun Toda yang mengikuti ide dan keteguhan Makighuci (Pendiri Lembaga SOKA). Apakah ini disebut plagiat?


Menanggapi tulisan pak Bambang Trim (http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/20/plagiat-memang-seksi-561723.html) tetang keskeptikannya terhadap aliran plagiatisme, yang menganggap tindakan plagiat adalah sebuah dosa yang besar dalam dunia jurnalis. Kalau begitu, seberapa dosakah, -Plato dan Aristo,-Gusdur dan ayahnya, Hasyim Wahid, -Ikeda dan Toda, karena telah mengkopi tulisan, pemikiran-pemikiran, ide, cara pandang, karakteristik ‘guru’ mereka?

Berkaca dari fenomena sekarang, kemajuan teknologi seirama dengan meningkatnya kemampuan seseorang mencaplok dan meniru karya orang lain termasuk tulisan. Tuts-tuts CTRL+C dan CTRL+V menjadi sahabat para plagiator. Sehingga jika dilihat di papan keyboard, sepertinya tuts yang paling buram, adalah tuts-tuts tersebut. Hanya saja antisipasi dan judgment terhadap plagiator justru akan paradoks jika disikapi dengan kurang bijak. Artinya, adanya pandangan umum yang mengerikan tentang tindakan plagiat, akan membentuk pola pikir yang sempit kepada seorang penulis untuk menciptakan suatu tulisan karena the first mind yang ada di kepala seorang penulis adalah ketakutan kalau-kalau tulisannya ternyata telah dibuat orang lain sehingga takut disebut plagiat. Orang tersebut pun sudah takut membuat tulisan lebih dulu. Ketakutan disebut plagiator, ketakutan karena akan menerima pendiskreditan moral. Dan pembatasan ini akan justru menciderai penciptaan kreativitas. Karena kreativitas tidak bisa terbentuk dengan sendirinya. Kreativitas terbentuk karena adanya pengruh yang dirasakan oleh indera kemudian terwujud dalam bentuk karya atau yang sering disebut dengan manifestasi yang menjadi buah-buah pemikiran.

Maka dari itu, memandang sebelah mata atau skeptik seorang plagiator bukan merupakan solusi dalam dunia kreativitas. Seharusnya perlu dibuat aturan formal dan legal yang lebih humanis tentang batasan tindakan plagiat yang dibuat dan diterapkan serta dipublikasikan ke public secara masif. Agar seseorang perlu mempertimbangkan segala sesuatunya terkait aturan yang ada untuk mengambil ide atau mereplikasi tulisan orang lain. Para pembaca dan masyarakat pun perlu mengetahui aturan dan batasan dalam jurnalisme.

Seperti mencontek, plagiat adalah tindakan yang dapat merugikan orang lain baik secara konkrit ataupun absurd. Namun tidak sekonyong-konyong juga seseorang menghakimi seorang plagiator sebelum mengetahui penyebab terjadinya pelanggaran tersebut atau sebelum menginvestigasi bahwa benar tulisan tersebut adalah hasil plagiat. Karena bukan tidak mungkin, suasana yang terlalu mengekang, akan menghambat munculnya kreativitas. Maksud diri untuk menghindari tindakan plagiat, justru kita membatasi kreativitas.


Meniru dan mengembangkan suatu karya adalah hal yang sangat penting. Karena pada dasarnya, tidak ada satu manusia yang berhasil menciptakan sesuatu. Bahkan Isac Newton tidak pernah menciptakan hukum gravitasi. Dia hanya ‘kebetulan’ menemukan kebenaran yang sejati. Atau T.A.Edison yang menemukan lampu. Bukan menjadi orang pertama di Dunia yang menemukan lampu. Karena belut listrik sudah jauh tahun, dapat menghasilkan listrik dan cahaya. Ataupun penemuan dan karya lainnya, semuanya hanya peniruan dan pengembangan. Kalau begitu apakah saya dan Anda pun yang membuat sesuatu dapat disebut sebagai peniru/plagiator?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.