SELAMAT DATANG SOBAT !!!! Terimakasih telah berkunjung ke ABADIORKES

1.16.2013

ARSENIK: SENJATA BIOLOGIS PEMBUNUH MASSAL


Sumber: wikimedia.org

Permasalahan Over Import beras yang terjadi belakangan ini masih belum tuntas. Status Indonesia sebagai Negara agraris cenderung semu dan paradoks. Tentunya menjadi preseden buruk ketika Indonesia dikatakan sebagai Negara agraris, namun nyatanya ‘tukang’ impor beras. Dari data Badan Pusat Statistik tahun 2011, Indonesia telah mengimpor 1,9 juta ton beras. Berdasarkan data kuantitatif ini, ‘gelar’ Indonesia sebagai Negara Agraris sepertinya perlu dintinjau kembali.


Hiruk-pikuk permasalahan impor beras tidak hanya berdampak pada sosio-ekonomi masyarakat semata. Ihwal ini juga mengundang pro-kontra dalam bidang kesehatan. Fakta yang diperoleh ternyata beras yang diimpor dari beberapa Negara luar disinyalir mengandung Arsenik(1) (The King of All Toxin). Menurut Hardiansyah Ridwan, Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Ketua Umum Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan Indonesia manyatakan bahwa “temuan arsenik pada beras impor Thailand, India dan Amerika seharusnya menjadi peringatan bagi pemrintah untuk mengawasi kandungan arsenik dalam beras impor. Ditambah beras adalah makanan pokok masyarakat pada umumnya.” Hal ini berkaitan dengan fakta tentang Negara pengimpor beras ke Indonesia seperti Amerika, ternyata memiliki permasalahan produksi beras. Menurut Consumer Reports(2), bahwa telah ditemukan zat arsenik dalam beras yang kadarnyanya cukup tinggi di Amerika dan hampir ditemukan di semua varietas beras. Itu artinya arsenik telah dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia mengingat bahwa Amerika merupakan salah satu pengimpor beras dengan besaran 14 ribu ton (sepanjang 2011). Dan kemungkinan masyarakat mengkonsumsi arsenik menjadi semakin tinggi. Dengan demikian sepanjang tahun 2011 saja, jika total beras impor sebesar 1,9 juta ton, itu artinya, dari 240 juta penduduk Indonesia, 5,8 % masyarakat atau 14 juta diantaranya kemungkinan sudah terkontaminasi arsenik.

Pada dasarnya arsenik dengan kadar yang rendah (dibawah 50 bagian per semiliar/pbb: menurut WHO), masih belum mengancam kesehatan. Tetapi beda halnya jika zat ini dikonsumsi dalam kadar yang lebih tinggi atau secara terus menerus, akan menyebabkan penyakit yang dapat berujung pada kematian. Setidaknya Munir (aktivis HAM) adalah korban dari arsenik. Pihak kedokteran menvonis bahwa Munir meninggal karena keracunan yang disebabkan karena tingginya kandungan arsenik yang terdapat pada makanannya. Begitupun Napoleon Bonaparte, tokoh Perang Perancis yang awal kematiannya disebutkan karena kanker lambung, ternyata belakangan ini setelah melakukan penelitian kembali, kematian Napoleon lebih disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang mengandung arsenik dalam jumlah tinggi.

Arsenik adalah salah satu unsur kimia yang bersifat metolid(3) dan karsinogen(4). Zat ini biasanya sering terdapat pada pestisida dan insektisida, sehingga banyak terdapat pada tanah dan air yang tercemar. Selain itu, zat ini sangat berbahaya bagi kesehatan. Arsenik dapat menyebabkan gangguan pada hampir semua sistem manusia – sistem pencernaan, peredaran darah, reproduksi dan ekskresi – yang berujung pada kematian.

Oleh karena itu, mengingat kuat dugaan pada beras impor yang mengandung Arsenik seharusnya pemerintah harus sigap dan mengambil langkah preventif untuk mengantisipasi dampak dari arsenik. Terlepas faktor ekonomi ataupun  adanya sabotase senjata masal biologi yang mencoba masuk ke Indonesia, pemerintah harus melihat ini sebagai permasalahan serius karena sudah menyangkut kelangsungan hidup masyarakat. Dan tIndakan konkret yang memunginkan untuk segera dilakukan adalah pertama, melakukan pengawasan yang ketat terhadap beras-beras impor yang masuk khsusunya beras yang berasal dari Negara yang memiliki tingkat kandungan tanah dan air yang mengandung arsenik yang tinggi. Dalam hal ini Badan Karantina Pertanian harus lebih serius memeriksa kandungan berbahaya pada beras impor. Kedua, perlu merivisi Peraturan Menteri Pertanian No. 88 Tahun 2011 yang tidak antisipatif karena tidak menekankan pengawasan kandungan arsenik di dalam beras. Revisi ini baiknya menekankan pada pemeriksaan dan tindak lanjut pada beras yang mengandung arsenik untuk meminimalisir produksi dan pengimporan beras yang mengandung arsenik. Ketiga, perlu adanya sosialisasi kepada masayrakat terkait gambaran tentang beras yang mengandung arsenik serta dampaknya bagi kesehatan. Pencerdasan melalui sosialisasi pada masayarakat dapat dilakukan dengan tepat sasaran dan menyeluruh.

Ketiga hal itu sangat memungkinkan untuk dilakukan segera mungkin mengingat beras yang mengandung arsenik telah mendivergen ke seluruh daerah. Kalau tidak ditangani dan diselesaikan dengan serius, dikhawatirkan sepuluh atau dua puluh tahun lagi, usia masayarakat Indonesia akan semakin pendek dan akan timbul berbagai jenis penyakit baru yang susah disembuhkan terlebih dapat meningkatkan tingkat kematian.

Di tengah kondisi permasalahan eko-sosio-edu-pol yang semakin tinggi, tidak sekonyong-konyong pula pemerintah melupakan permasalahan kesehatan masayrakat. Untuk itu, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah preventif untuk mengatasi permasalahan ini, karena bisa saja tubuh kita pun sudah terkontaminasi dengan Arsenik –raja semua racun. Dan di tengah hingar-bingar globalisasi dewasa ini, bisa jadi arsenik akan menjadi senjata biologis pembunuh massal di masa depan.

Penulis adalah Hendry Roris P. Sianturi, Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lampung yang sedang menyelesaikan skripsi dan aktif di GMKI Bandarlampung sebagai Sekretaris Cabang.

Catatan kaki:

(1) unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol As, Golongan VA dan no. atom 33.
(2)adalah majalah perlindungan konsumen Amerika Serikat yang menemukan Arsenik pada hampir semua varietas beras dalam kadar yang tinggi setelah melakukan penelitian sejak April 2012.
(3)adalah unsur kimia yang bersifat semi-konduktor atau jenis meta-logam antara logam dan non-logam.
(4)adalah kemampuan merangsang pembentukan sel kanker

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.