SELAMAT DATANG SOBAT !!!! Terimakasih telah berkunjung ke ABADIORKES

1.11.2013

KOK ‘TELAT’?

Yuk hitung-hitungan kasus tentang  (sering) terlambat........
-          Berapa siswa yang sering terambat masuk ke sekolah, sehingga harus dihukum di depan kelas?
-          Berapa mahasiswa yang sering telat sehingga tidak diperbolehkan mengikuti perkuliahan?
-          Berapa banyak buruh dan karyawan yang harus dipotong gajinya karena telat masuk kerja?
-          Berapa banyak siswa yang ngeluh dan ‘terlantar’ lantaran gurunya masuk terlambat ke ruang kelas?
-          Berapa banya mahasiswa ‘galau’ karena dosen telat untuk membimbing mahasiswanya?
-          Berapa anggota dewan datang telat untuk mengikuti sidang-sidang dalam rangka mewujudnyatakan aspirasi dan kepentingan rakyat (bukan semata-mata rakyat ‘kapitalis’)?
-          Berapa pengusaha yang mesti gulung-tikar karena sering ‘telat’?
-          Berapa banyak pejabat negara yang sering terlambat ngantor ketika sidak dilakukan?
-          Berapa kali diri kita ‘telat’ (telat makan, minum, sampai telat buang hajat) sehingga harus mengalami gangguan penyakit?


Semua keterlambatan berhubungan dengan waktu. Bumi tidak pernah telat berotasi dan berevolusi. Bumi selalu konsisten dan tabah menanggung nasib sebagai salah satu ciptaan yang berputar-keliling di galaksi sampai berjuta-juta tahun, bahkan bermilayaran tahun. Lantas mengapa manusia sering telat dalam hidupnya?

Sela

Dalam konteks ini,terlalu banyak alasan dari sebuah keterlambatan. Padahal kita sudah banyak mencerna filosofih tentang waktu, mulia dari waktu itu tidak pernah kembali, waktu itu jahat, waktu itu terus berjalan, waktu itu ibarat pedang, waktu itu tegas dan cuek, dan masih banyak lagi. Namun masih saja, ‘telat’ adalah penyakit klasik yang sampai saat ini menjadi kesenjangan yang belum terselesaikan.
What the hells that?


Kita harus berterima kasih kepada orang yang menemukan jam pertama sekali, yang sampai saat ini masih belum diketahui (diduga yang pertama sekali menemukan jam adalah bangsa Mesir- jam bandul). Karena dengan adanya jam, kita bisa lebih memanfaatkan dan menghargai waktu.

Setelah diamat-telisiki, ternyata hampir setiap orang memiliki jam (khususnya orang dewasa), namun tidak banyak orang yang jamnya menunjukkan waktu yang sama dengan orang lainnya. Setidaknya pasti memiliki perbedaan, mulai dari berbeda 1 detik, 5 detik, 1 menit, 5 menit atau bahkan satu jam dalam satu wilayah waktu yang sama. Artinya kesesuaian jam setiap orang sering berbeda. Misalnya saja waktu di jam saya akan berbeda dengan waktu di jam Anda. Padahal mungkin saja kita berada dalam kawasan Waktu Indonesia barat (WIB) Sehingga menjadi wajar sebenarnya orang memiliki versi ketepatan waktu yang berbeda-beda.

Barangkali selain kekurangkosistenan dan komitmen kita terhadap waktu, ketidaksesuaian waktu yang ditunjukkan oleh masing-masing jam kita ternyata bisa menjadi salah satu penyebab mengapa untuk ontime menjadi pekerjaan yang sulit dilakukan. Bahkan sepertinya menjadi barang yang langka.

Saya punya pengalaman sewaktu duduk di semester 6 perkuliahan, ketika itu saya harus berdebat lama dengan dosen lantaran menurutnya, saya sudah melewati batas dispensasi keterlambatan kuliah yaitu 15 menit agar bisa mengikuti perkuliahannya. Padahal menurut waktu yang ditunjukkan oleh jam saya, bahwa saya masih belum melewati batas toleransi 15 menit seperti yang disepakati pada kontrak kuliah. Sudah hukumnya memang, ketika terjadi perdebatan mahasiswa-dosen, tetap saja mahasiswa akan selalu ‘mengalah’.

Dari pengalaman yang tidak mengenakkan tersebut, jarum-jarum jam pun saya percepat. Setidaknya tidak berbeda jauh dengan versi waktu dosen tersebut.

Permasalahan yang sederhana ini seharusnya perlu disikapi dengan serius. Walaupun negara kita sudah mengatur perbedaan waktu, hanya saja di tataran teknis, banyak sekali permasalahan yang timbul hanya karena perbedaan versi waktu walalupun perbedaannya tidak terlalu jauh.

Maka dari itu, pemerintah perlu menyuarakan atau menginstruksikan kepada masyarakat untuk menetapkan waktu yang pasti di ketiga daerah waktu yang ada di Indonesia. Dengan begitu setiap masyarakat tidak akan memiliki versi-versi berbeda-beda. Jadinya tidak ada lagi perdebatan versi ketepatan waktu.

Waktu mungkin cuek dan barangkali tidak ada kompromi. Tetapi waktulah yang selalu memberikan kita harapan. Selagi bumi masih berputar-keliling, kita masih punya harapan. Tanpa mengurangi hormat kepada saudara-saudara sekalian, mulai sekarang dan ke depan, mari kita menghargai waktu dengan selalu menepati janji dengan tepat waktu. Salam hangat!

UOUS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ingin diskusi atau komunikasi lanjut, silahkan tinggalkan alamat e-mail teman.